Sejarah Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Betawi — Peringatan Maulid Nabi Muhammad yang semarak dan meriah di tanah Betawi tak lepas dari perjalanan sejarah Islam di masa lampau. Terutama terpengaruh oleh orang-orang kalangan Hadramaut.
Ya, keberhasilan ekspedisi Fatahilah menakhlukkan Bandar Sunda Kelapa pada 22 Juni 1527 berhasil mengusir orang Portugis menjadi awal tombak perkembangan Islam di Sunda Kelapa yang kemudian diganti menjadi Jayakarta. Fatahillah kemudian diangkat menjadi bupati pertama di Jayakarta.
Berdirinya bangunan masjid-masjid tertua, seperti di wilayah Angke, Marunda, Kampung Banda, Kebon Jeruk, serta Tambora merupakan bukti bahwa agama Islam telah merasuk ke Jakarta. Jayakarta di bawah kepemimpinan Fatahillah menjadi proses Islamisasi pertama kalinya.
Termasuk ketika J.P . Coen menakhlukkan Jayakarta dan menyebabkan orang-orang Islam mundur ke pedalaman. Masyarakat Islam kemudian hidup di luar tembok kota. Dan, masjid menjadi pusat kegiatan keagamaan Islam.
Pada akhir abad ke-18, para perantau dari Hadramaut (hadral maut) memberi angin segar khususnya bagi perkembangan dakwah Islam di tanah Jakarta. Mereka yang awalnya datang untuk berniaga, tapi akhirnya juga terlibat pada aktivitas dakwah. Beberapa tokoh yang terkenal yaitu Sayid Alaydrus yang merupakan pendiri masjid Luar Batang. Mereka bahkan menikah dengan orang Betawi, yang kemudian disebut orang Melayu.
Peringatan Maulid Nabi Betawi
Menukil Profil Orang Betawi karangan Ridwan Saidi, pada saat itu mayoritas ulama Betawi berpaham Ahlu Sunnah Wal Jamaah. Ahlu Sunnah Wal Jammah merupakan madzhab yang dalam membahas ajaran Islam berpegang pada sunnah (hadist-hadist shahih) dan memiliki pengikut terbanyak.
Baca Juga: Selebrasi Tradisi Peringatan Maulid Nabi di Betawi
Pada perkembangan sejarah perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Betawi saat itu mulai membacakan riwayat Nabi Muhammad SAW guna menarik perhatian masyarkat untuk masuk Islam. Inilah awal mula peringatan Maulid Nabi kemudian dirayakan.
Peringatan Maulid Nabi merupakan tradisi terpenting pada masyarakat Betawi. Pada upacara Maulid, ulama dan ahli agama di berbagai daerah di Indonesia menceritakan tahap-tahapan dan riwayat Nabi Muhammad SAW, membaca kisah dalam karya Ja’far al-Banzanji, serta sifat yang patut diteladani dari Nabi Muhammad.
Di Jakarta, Maulid diadakan secara resmi di Masjid Istiqlal yang dihadiri oleh Presiden RI serta para pejabat tinggi lainnya. Masyarakat Betawi di Jakarta merayakan Maulid Nabi dengan sangat meriah di masjid, dan rumah-rumah. Mereka mendengungkan syair-syair Syeikh Ja’far Al-Barjanzi dan memuji junjungan Nabi Muhammad SAW. Beragam variasi seperti tambahan alunan rebana ketimpring, dan makan-makan bersama turut dilakukan sebagai upaya mempererat tali silaturahmi.