Gelora Batik Betawi Rusun Tambora

Gelora Batik Betawi Rusun Tambora

Gelora Batik Betawi Rusun Tambora — Batik tak sekadar lembaran kain bertulis malam yang ditorehkan begitu saja. melalui lembaran kain batik, orang Betawi semakin mengakarkan identitas etnisnya. Seperti halnya batik Betawi khas Tembora.

Identitas orang Betawi Tambora, khususnya mereka penghuni rusun tumpah dalam selembar kain bertulis malam. Melalui lembaran kain batik, mereka tak asal mengekor motif-motif batik Betawi lain, tapi justru menguatkan akar identitas mereka sebagai penghuni rusun Tambora.

Baca Juga : Riwayat dan Eksistensi Batik Betawi

Aktif dan energik. Begitulah kesan pertama saat bertemu dengan Ketua Batik Betawi Rusun Tambora, Lilis Rosmawati ditemui senibudayabetawi.com, Jumat (22/10). Tak seperti batik Betawi pada umumnya yang sekadar menorehkan gambar monas dan ondel-ondel sebagai salah satu ikon Betawi.

Baca Juga : Batik Betawi Tempo Dulu

Ikon Rusun Tambora

Lilis bersama delapan ibu-ibu Rusun Tambora menumpahkan ikon Jakarta Barat, yakni bunga anggrek dan ikan cupang dalam warna-warni kain batik karya mereka. Tak lupa, sentuhan personal berupa ikon rumah susun mereka tuang begitu saja dalam selembar kain batik. “Itu sebagai ikon kita, ibu-ibu yang membatik di rusun Tambora,” ujarnya di Jakarta.

Rusun tak sekadar gambar, tapi kehidupan dan kebiasaan mereka sebagai ibu-ibu juga tercermin dalam selembar kain batik itu. Misalnya, bagaimana hari-hari mereka yang sangat padat antara mengurus rumah tangga, bekerja serta menyempatkan waktu untuk membawa canting dan menorehkan pada kain. Tentu, ini bukan hal mudah.

“Bahkan kami bisa membatik sampai jam 11 malam. Ya, namanya ibu-ibu. Kadang juga ada yang berjualan sembari membatik,” imbuh dia.

Mulai dari Nol

Lilis bersama anggota-anggota yang tergabung dalam ibu-ibu Rusun Tambora tak membatik secara instan. Pada 2 Oktober lalu, komunitas ini telah merayakan dua tahun eksis mewarnai dunia batik di Tanah Betawi. Mereka belajar dari nol untuk bisa membatik. Tepatnya pada Agustus 2019 lalu, mereka sempat mengikuti pelatihan membatik yang diadakan oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi DKI Jakarta.

“Kebetulan saat itu instrukturnya founder ELEMWE, Ibu Lily Mariasari lalu beliau menawari kami untuk pemantapan lagi. Lalu berhubung di rusun, akhirnya saya mengajukan ke atasan untuk diberi tempat galeri dan akhirnya kita punya galeri di sini,” bebernya.

Dua tahun memasuki perjalanan batik Betawi Tambora telah mengantarkan mereka ke berbagai pameran, workshop, study banding, hingga menggelar fashion show ke berbagai tempat. Mereka juga sempat mengajar batik di Taman Benyamin Suaeb.

Batik yang dihasilkan oleh Gelora Batik Betawi Rusun Tambora ada berbagai macam, mulai dari cukin, kain, kemeja, hingga masker. Harganya pun berbagai macam, mulai dari Rp 400ribu bergantung warna dan motif yang diinginkan.

Menurut Lilis, pangsa batiknya tak hanya menyasar satu segmen saja, apakah itu kalangan pejabat daerah atau orang pemerintahan. Namun juga para generasi milenial. Menurutnya ini merupakan petanda bagus agar generasi milenial semakin mencintai dan melestarikan batik Betawi sebagai produk kearifan lokal bangsa. “Kalau bukan kita, lalu generasi muda juga kan siapa lagi yang akan melestarikan batik,” pungkas dia.  

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.