Dilarang Pemerintah Jepang di Indonesia, Inilah Keroncong Tugu

Tradisi Rabo-rabo Kampung Tugu Warisan Portugis?

Tradisi Rabo-rabo, Perayaan Umat Kristiani Kampung Tugu Saat Natal dan Tahun Baru – Kampung Tugu terkenal memiliki tradisi Betawi yang unik dan berbeda dengan tradisi Betawi di daerah lain. Latar belakang sejarah identitas Orang Kampung Tugu yang sangat kuat karena keberadaan Orang Portugis membentuk kebudayaan yang khas. Salah satunya yaitu tradisi unik bernama Rabo-rabo.

Baca Juga: Identitas Orang Kampung Tugu Jakarta

Sejak Orang Portugis datang ke Tanah Betawi hingga sempat menjadi tawanan perang oleh pemerintah Belanda, mereka akhirnya bertahan hidup di Kampung Tugu. Dalam Krontjong Toegoe (2011) karya Van Ganap, disebutkan bahwa atas desakan Gereja Portugis di Batavia, akhirnya tawanan ini dibebaskan dengan syarat harus memeluk agama Protestan. Kelompok yang sebelumnya berstatus sebagai mardijkers ini akhirnya berubah menjadi De Mardijkers. Demi bertahan hidup, mereka akhirnya bercocok tanam, dan bekerja serta berakulturasi dengan penduduk lokal.

Tradisi Rabo-rabo, Perayaan Umat Kristiani Kampung Tugu Saat Natal dan Tahun Baru

Mengutip laman Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, jika umat muslim di Betawi memiliki tradisi bersilaturahmi antar sesama saudara dan umat Islam, demikian juga umat Kristen di Kampung Tugu. Menjelang perayaan Hari Raya Natal pada 25 Desember, mereka menggelar tradisi Rabo-rabo dengan semarak. Istilah “Rabo” dalam bahasa Portugis memiliki arti ekor, yang mengacu pada kewajiban dari tradisi itu sendiri.

Prosesi ritual Rabo-rabo dilakukan dengan mengunjungi gereja terdekat dan dilanjutkan dengan melakukan ritual ibadah. Seperti halnya umat Muslim yang melaksanakan salat Id berjamaah, mereka juga melakukan ibadah di gereja secara beramai-ramai. Nuansa semakin semarak dan meriah dengan alunan musik dan tari-tarian yang mengiringinya.

Sepulang dari ibadah gereja, mereka melanjutkannya dengan tradisi saling silaturahmi ke tetangga dan kerabat dekat. Seperti halnya Hari Raya Idul Fitri, masyarakat memanfaatkan momentum ini untuk saling memaafkan kesalahan yang telah terjadi.

Menariknya, tradisi Rabo-rabo ini berlangsung dalam masyarakat Kristen Kampung Tugu dari Natal hingga Tahun Baru. Mereka juga turut menyemarakkan dengan seni tradisi khas Keroncong Tugu dan mengarak di jalanan dan rumah warga. Pertama, mereka akan pergi ke rumah pertama, yang rutenya akan diatur oleh Ketua Ikatan Keluarga Besar Tugu (IKBT). Sesampainya di rumah-rumah penduduk, mereka akan saling berciuman pipi sembari bernyanyi dan berjoget bersama.

Ramadani Wahyu

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.