Belum Lebaran, Masyarakat Betawi Rayakan Tradisi Malam Ketupat 

Belum Lebaran, Masyarakat Betawi Rayakan Tradisi Malam Ketupat 

Senibudayabetawi.com– Belum Lebaran, Masyarakat Betawi Rayakan Tradisi Malam Ketupat  — Jika biasanya ketupat identik dengan perayaan Lebaran Idul Fitri maka hal itu tak berlaku di Betawi. Jauh sebelum memasuki bulan Syawal, tepatnya pada pertengahan bulan Ramadan, masyarakat Betawi telah menjalankan tradisi “malam ketupat”. Tradisi ini dilakukan pada malam-malam ganjil setelah 17 Ramadan.

Selain ketupat, ada lagi makanan yang disebut buras (bubur beras), sekilas seperti lontong tapi dibungkus menggunakan daun pisang. Perbedaannya, di dalam buras sudah diracik antara beras dengan bahan masakan lainnya sehingga terasa gurih dan legit. 

Kehadiran ketupat dan buras di malam ganjil setelah 17 Ramadan seakan mengajak umat Islam agar bersemangat dan semarak lagi dalam meramaikan masjid. Maklum saja, banyak sekali masjid-masjid yang hanya ramai di hari pertama Ramadan. Tapi memasuki minggu kedua jamaah shalat tarawih sudah mulai menjalar keluar masjid.

Ketupat merupakan bagian dari panganan masyarakat Betawi yang memiliki filosofi dan disimbolkan sebagai pemersatu silaturahmi di masyarakat Betawi. Akan tetapi kini, sudah sangat jarang masjid atau mushola yang menjalankan tradisi ini. Padahal, konon tempo dulu ketupat menjadi makanan istimewa yang paling ditunggu-tunggu. Ketupat banyak diminati karena sifatnya yang tak terlalu mengenyangkan. 

Ustad Karsan, tokoh masyarakat Kampung Betawi Setu Babakan menyatakan tradisi malam ketupat dilakukan dengan tujuan sebagai penyambutan malam lailatul qadar (masyarakat menyebutnya malam likuran) dengan suka cita. 

Tradisi malam ketupat biasanya disebut dengan sedekah abug. Pasalnya, pada malam-malam ini, masyarakat tak hanya merayakan dengan ketupat tapi juga kue abug. Kue ini bisa mengakrabkan masyarakat Betawi pasca shalat Tarawih. Mereka biasa berkumpul dan menyantap aneka hidangan yang tersedia sembari berbincang hingga tengah malam. Mereka memang Belum Lebaran, Masyarakat Betawi Rayakan Tradisi Malam Ketupat.

Muasal Ketupat

Konon, sebagai negara agraris, masyarakat Indonesia terkenal memiliki tradisi menggantung ketupat di tanduk kerbau. Ini sebagai bentuk ucap syukur dari panen yang dihasilkan.

Tak ayal begitu seminggu pasca Lebaran, ketupat banyak ditemukan menggantung begitu saja di pintu rumah. Tradisi ini dipercaya sebagai bentuk penolak bala.

Istilah ketupat, merujuk dalam bahasa Jawa merupakan singkatan dari ngaku lepat serta laku papat yang memiliki arti mengakui kesalahan. Ini sekaligus menjawab kenapa ketupat sangat lekat dengan momen Lebaran.

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.