Senibudayabetawi.com – Sarnadi Adam Rekam Betawi Tempo Dulu dalam Lukisan – Nuansa kehidupan masyarakat Betawi tempo dulu terpampang jelas dalam sebanyak 21 lukisan seniman kawakan Betawi, Sarnadi Adam. Pameran di Taman Ismail Marzuki ini sekaligus dalam rangka memperingati HUT ke-495 DKI Jakarta.
Goresan warna-warna cerah, khas Betawi tampak mendominasi dalam karya-karya pelukis asli Betawi ini. Penggambaran kehidupan masyarakat dan seni budaya Betawi terasa hidup dalam karya seniman senior ini. Seperti halnya dalam karyanya berjudul “3 Penari” yang menggambarkan tiga gadis penari topeng. Detail kostum khas penari topeng sangat terlihat dalam lukisan ini.
Baca Juga: Sarnadi Adam ‘Seni Budaya Betawi Adalah Rumah Saya’
Lukisan lain yakni penggambaran tentang rindangnya pepohonan di kawasan Kampung Rawa Simprug, Kebayoran Lama, tempat asal Sarnadi Adam dibesarkan.
“Lukisan ini merupakan penggambaran saat saya masih remaja sehingga kenangan ini membekas sampai sekarang. Saya rekam karena kondisi tempo dulu dan sekarang sudah sangat berbeda,” ujar dia kepada Senibudayabetawi.com baru-baru ini.
Sarnadi mengaku, karya-karyanya tersebut merupakan buah karya rekaman tentang apa yang Betawi yang masih lekat dengan alam. “Dulu kita punya sebuah perkampungan yang sangat sejuk, damai, ketika siang hari kami jalan di kampung tidak panas karena pohon rindang menutupi tanah jadi adem,” ucap seniman yang berkarya sejak 1975 itu.
Jauh sebelum Sarnadi Adam diakui sebagai pelukis Betawi, tak ada nama Betawi dalam peta lukis geografis di Indonesia. Dibanding Yogyakarta dan Bali, misalnya yang telah melahirkan banyak pelukis dengan corak dan tema yang kuat dan khas.
Sarnadi Adam Rekam Betawi Tempo Dulu dalam Lukisan
Namun, pada tahun 1978, seniman sekaligus pengajar seni rupa di Universitas Negeri Jakarta (1978) ini secara konsisten melukis tentang Betawi.
Di tengah maraknya seniman urban, ia mampu membuktikan bahwa Betawi memiliki corak dan tema yang tak kalah kuat. Betawi dikenal memiliki nilai artistik yang bisa diungkapkan dalam seni lukis secara maksimal.
“Saya melihat Betawi sangat kaya dan beragam mulai dari seni pertunjukan, musik, dan tariannya–akulturasi berbagai bangsa yang tidak habis divisualisasikan dalam seni lukis,” kata dia.
Tak hanya tema-tema tentang seni Betawi, perupa berusia 64 tahun ini juga menggambarkan kehidupan sosial masyarakat Betawi.
Misalnya, sambung dia bagaimana silaturahmi kental yang terbangun pada masyarakat Betawi mulai dari kegiatan makan di warung nasi uduk hingga acara kondangan. Itu artinya, sosok Sarnadi Adam Rekam Betawi Tempo Dulu dalam Lukisan.
“Saat kondangan, mereka berjalan beriringan dengan pakaian yang cerah, seperti kuning, hijau, biru. Saya berangkat dari kehidupan sosial mereka”.