Muasal Kemunculan Jago di Tanah Abang

Muasal Kemunculan Jago di Tanah Abang

Senibudayabetawi.com – Muasal Kemunculan Jago di Tanah Abang – Bukan Tanah Abang namanya jika kawasan ini tak lekat dikenal sebagai pusat grosir tekstil terbesar se Asia Tenggara. Akan tetapi, bagi masyarakat Betawi asli, kawasan ini lebih lekat dengan eksistensi para jagoan silat. 

Sejak tempo dulu pasar Tanah Abang yak pernah sepi dari transaksi jual beli. Banyak masyarakat Betawi menilai fenomena ini sangat mendukung untuk ekosistem lahan  basah untuk mencari nafkah. Hal inilah yang justru kerap kali membuat eksistensi para jago Betawi semakin kuat. 

Melansir Kemunculan Jago Betawi dan Perkembangan di Wilayah Tanah Abang Tahun 1880-1920 karya Fachri Albar, kemunculan Jago di Tanah Abang dilatari oleh beberapa hal, seperti kesengsaraan para petani di wilayah perkebunan Tanah Abang pada zaman kolonial.

Selanjutnya yaitu praktik pemerasan di pasar Tanah Abang oleh para jagoan atau centeng yang bekerja pada tuan tanah. Tak hanya itu, kemunculan para jago juga dipicu oleh kehadiran sosok legendaris Pitung yang semakin menaikkan jago di Tanah Abang pada tahun 1890. 

Pengaruh Pitung di Tanah Abang

Muasal Kemunculan Jago di Tanah Abang tak lepas dari keberadaan Si Pitung. Diketahui Pitung merupakan seorang pedagang yang berjualan kambing di Tanah Abang. Sosoknya sangat membawa pengaruh dalam perkembangan maen pukulan di Pasar Kambing, Tanah Abang. Beberapa tahun setelahnya, aksi-aksi perampokan yang dilakukan si Pitung membuat pamornya sebagai jago menjadi naik. Bahkan sosok Pitung menjadi simbol perlawanan terhadap Pemerintah Hindia Belanda.

Beberapa sumber menyebut Pitung bukanlah merujuk pada nama, tapi berasal dari bahasa Sunda, yakni ‘pitulung’ yang artinya penolong. Sebutan ini melekat pada orang yang suka menolong orang miskin, sedangkan nama asli Pitung yaitu Salihun. Setelah Pitung tewas pada tahun 1893, muncul jago-jago baru di Tanah Abang. Beberapa yang dikenal di antaranya adalah Machruf, Rahmad dan Sabeni. 

Tak hanya itu, perlawanan jago juga terjadi di tingkat onderdistrik. Para jago pada tingkat onderdistrik kerap kali dianggap sebagai pejuang sekaligus guru oleh masyarakat Betawi. Pada masa itu hampir setiap kampung Betawi memiliki jago dengan aliran maen pukulanya, termasuk Tanah Abang. Misalnya aliran Sabeni dan Rahmad. Beberapa jago Tanah Abang juga mengajarakan ilmu silatnya pada generasi dan murid-muridnya. Imu silat kepada pemuda-pemuda di wilayahnya dengan tujuan untuk melindungi diri dan orang lain.

1 Response

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.