Gambang Rancag, Seni Pantun Khas Betawi

Gambang Rancag, Seni Pantun Khas Betawi

Senibudayabetawi.com – Masyarakat Betawi memiliki banyak kesenian, salah satunya adalah kesenian gambang rancag. Namun, tahukah sobat Senibudayabetawi tahu apa itu gambang rancag? Sudahkah kalian mengenal seni Betawi satu ini? Mungkin kesenian ini tak sepopuler Ondel-ondel, lenong, pantun atau tanjidor, tapi gambang rancag merupakan bagian dari kesenian Betawi.

Gambang rancag merupakan salah satu dari banyak kesenian atau gabungan dari berbagai kesenian. Mulai dari musik, teater hingga sastra. Kata rancag mengacu pada irama cepat atau bisa diartikan sebagai penyajian lagu dengan irama sangat cepat. Mengutip laman Kemendikbud, gambang rancag berupa pantun berkait yang dinyanyikan dalam bentuk teater diikuti akting menggunakan iringan orkes gambang kromong.

Sejarah Gambang Rancag

Menariknya, kesenian ini juga memiliki sejarah yang panjang. Awal mula dikenal dalam masyarakat Betawi pinggiran Kota Jakarta dan berkembang baik sebelum tahun 1930. Waktu itu, kesenian ini cukup disenangai dan merupakan pertunjukan panggilan saat hajatan. Akan tetapi, seiring perkembangan zaman, penggemar gambang rancag mulai berkurang drastis. Akhirnya para seniman kesenian ini berkeliling dari kampung ke kampung untuk mengamen.

Beberapa alat musiknya banyak terpengaruh dari Cina, diantaranya kenong, gendang, kecrek, tehyan, gong, kongahyang, hingga shukong. Adapun untuk lagu yang biasa ditampilkan dibagi menjadi lagu pembukaan, lagu phobin, lagu sayur sebagai selingan dan lagu rancag sebagai lagu pokok. Pengaruh Cina juga kental terlihat dari melodi, tema cerita hingga para pelakunya yang kebanyakan dari Cina peranakan.

Pementasan Gambang Rancag

Pagelaran gambang rancag dilakukan sekitar dua orang atau lebih yang menceritakan dengan cara bernyanyi atau melagu diiringi orkes gambang kromong. Dalam pergelaran gambang rancag ada 3 bagian. Bagian pembukaan diisi dengan lagu instrumentalia yang disebut phobin. Bagian ini berfungsi mengumpulkan penonton. Setelah itu lagu sayur yang berfungsi sebagai selingan sebelum ngerancag dimulai.

Setelah itu lagu ngerancag. Ngerancag bukan pekerjaan mudah, seorang perancag selain mampu bernyanyi harus pula menyusun pantun dan hafal cerita yang akan dibawakan.

Dia harus hafal cerita si Pitung, si Angkri, dan si Jampang, dan lain-lain. Saat ini ahli merancang dapat dihitung dengan jari yang masih bertahan antara lain Samen, Main, Samad odo, Jali Jalut, Entong Dale, dan Amsar.

Adapun tema lirik dan lagu dalam gambang rancag antara lain berisi nasihat, kesetiaan, kasih sayang, perjuangan, sedih, dan jenaka. Sedangkan pakaian yang dikenakan oleh perancag adalah: kemeja, jas, celana, kain sarung, dan peci serta pemain musik mengenakan pakaian piyama (baju piyama) dan peci.

Namun saat ini lebih sering menggunakan baju muslim (koko). Aspek cerita dalam gambang rancag mengambil cerita rakyat di daerah Betawi (ibukota Jakarta) di antaranya: Aria Prabangsa, Ma Wiratanudatar, Asal Mula Kelenteng Ancol, Bang Martian Kalipasir, Begawan Pulsaren, Begawan Sak Bek Mann, Conat, Datuk Tonggara, Jurag Going, Ki Bondot, Ki Mandureja.

Kemudian Mirth Marunda, Murtado Macau Kemayoran, Nene Jenab dan Buaya Buntung, Orang Bujan Bujang Karem, Orang Derep, Orang di Bu Pancuran Pangeran, Raden Kartadria, Rosins Sampik dan Intay, Si Angkri, Si Duleh, S Jampang, Si Pitung, Saida, Singa Betina, Tua Tanah Kedawung, dan sebagainya.

1 Response

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.