Senibudayabetawi.com – Masyarakat Betawi telah lama akrab dengan maen pukul Betawi. Ini merupakan permainan yang melibatkan kontak fisik serang-bela dengan atau tanpa senjata. Maen di sini menandakan adanya aspek kesenangan. Artinya, bagi masyarakat maen pukulan Betawi awalnya hanyalah permainan, bukan untuk menunjukkan kehebatan fisik maupun sifat jago.
Mengutip Maen Pukulan: Pencak Silat Khas Betawi (2016) yang ditulis oleh G. J Nawi, sebagai unsur kebudayaan, entitas maen pukulan Betawi lahir dengan terbentuknya kebudayaan Betawi. Adapun proses ini melalui evolusi berbagai kebudayaan yang berada di Batavia atau Betawi di rentang waktu abad 17 sampai abad 19.
Pada awal berdirinya Kota Batavia, pengaruh ilmu bela diri etnis imigran dapat dilihat dari penyebaran penduduk imigran secara komunal. Penempatan etnis dalam kantong-kantong kota bentukan Belanda menunjukkan asal usul dan perkembangan maen pukulan Betawi
Secara umum ada tiga etnis besar yang mempengaruhi maen pukulan yang dikategorikan ke dalam pengaruh eksternal (non pribumi) dan internal (pribumi). Pengaruh eksternal yaitu etnis Tionghoa, sementara pengaruh internal yaitu Sunda/ Jawa, Melayu/ Sumatera/ Bugis. Hal itu dapat ditelusuri dari sejarah aliran silat, gerak dan langkah serta serang bela.
Tiga Etnis Besar
Etnis Cina diyakini paling banyak mempengaruhi maen pukulan Betawi mengingat begitu besar jumlah imigran Cina di Betawi. Para imigran Cina yang datang dalam tiga fase (abad ke7-10, 13-15, dan 18-19) terdiri dari beberapa ahli ilmu bela diri. Pada abad ke-13, 1293 pasukan Ku Bilai Khan meninggalkan pasukan pembelot berdarah Hokian untuk berdomisili di Jawa.
Dua abad kemudian kedatangan armada Ceng Ho mendatangkan para ahli ilmu bela diri. Ketika singgah di Jawa Barat (Cirebon) banyak yang memutuskan tinggal, tidak menutup kemungkinan menyebar hingga Batavia. Di abad ke 19, saat Cina mengalami pergolakan politik, tak sedikit pemberontak yang anti Dinasti Ching (Bangsa Manchu) hijrah ke selatan, termasuk ke Banten dan Batavia
Etnis Sunda/ Jawa (Banten), Cirebon, Priangan memberikan pengaruh cukup besar pada kebudayaan Betawi. Pengaruh bela diri etnis Sunda (pencak/amengan/ulinan/maenpo) sangat dominan pada terbentuknya maen pukulan pada etnis Betawi di ommelanden,baik di barat maupun timur Batavia.
Di samping letak geografis yang dekat dengan etnis Sunda, unsur lain dapat dilihat dari riwayat kesejarahan dan kaidah gerak dan jurus
Meski tak sebesar etnis Cina dan Sunda, etnis Melayu atau Sumatera dan Sulawesi memiliki andil dalam pembentukan maen pukulan. Mengacu hasil penelitian, etnis Melayu Riau Kepulauan Dermuluk, Minang, dan Bugis dipetakan berdasar lokasi awal etnis tersebut tumbuh dan berkembang. Umumnya awal pengaruh ilmu bela diri etnis tersebut terhadap maen pukulan Betawi berada di ommelanden sebelah utara dan tengah.
Seiring perjalanan waktu, akulturaasi yang kian mencair menghasilkan bela diri bentukan baru yang berbeda dari ilmu bela diri asalnya. Silat baru yang mudah dikenali karakternya, namun masih perlu kerja keras yntuk menganalisis asal muasalnya.
[…] – Perkembangan pencak silat atau maen pukulan Betawi tak hanya di di wilayah Jakarta. Namun, juga di wilayah lain seperti halnya Silat Seliwa […]