Senibudayabetawi.com – Perkembangan pencak silat atau maen pukulan Betawi tak hanya di di wilayah Jakarta. Namun, juga di wilayah lain seperti halnya Silat Seliwa Betawi di Palembang. Konon, pencak silat ini masuk ke wilayah Palembang sejak periode 1930-1935 oleh (alm) Pak Madong.
Melansir Pencak silat Seliwa Betawi: A review in the perspective of historical development in Palembang, silat Seliwa mempunyai ciri khas melalui permainan parang di Tangerang, Batu Ceper.
Menurut Abah Syamsudin selaku guru besar Pencak Silat Seliwa Palembang, Salak Bin Madong lahir tahun 1932 di kota Tangerang, Batu Ceper. Semasa hidup, ia melatih silat ini secara diam-diam. Pasalnya, saat itu petarung dianggap sebagai ancaman terhadap pemerintah kolonial Belanda.
Hingga wafatnya yakni pada tahun 1974 di kota palembang, pengelolaan dan tanggung jawab selanjutnya diambil alih oleh anaknya yang bernama Abah Syamsuddin.
Sejak usia 8 tahun, Abah Syamsuddin dididik oleh kakeknya Salak bin Madong tentang jurus pencak silat. Ini karena budaya dan adat Betawi jika seorang kakek masih hidup maka seorang cucu harus menimba ilmu keluarga. Dalam tradisi Betawi, ini kerap disebut dengan mainan keluarga dari seorang kakek dan diteruskan anak cucunya.
Kendati pencak silat Seliwa kota Palembang berkembang, tapi terdapat berbagai modifikasi dan penyesuaian gerakan.
Memaknai Silat Seliwa
Masyarakat tak sekadar mengetahui jurus-jurus pencak silat untuk mengantisipasi ancaman. Akan tetapi, bagian dari olahraga kesehatan dengan unsur gerak. Selain itu, perkembangan ini sebagai salah satu cara untuk ikut serta melestarikan warisan budaya leluhur. Tujuannya tak lain agar generasi muda dapat menghargai budaya asli Betawi.
Jika pencak silat tradisional seperti Seliwa Betawi ini tidak dilestarikan oleh generasi muda,
maka warisan budaya leluhur ini bisa hilang.
Adapun tujuan Perguruan Pencak Silat Seliwa Betawi adalah untuk mempertahankan, mengembangkan, dan melestarikan pencak silat sebagai budaya bangsa, serta ikut serta dalam mewujudkan Indonesia seutuhnya
manusia.
Meski pada akhir tahun 2016 Pak Syamsuddin sudah tidak aktif berlatih karena faktor usia, namun Pak Syamsuddin masih bisa menghafal dan melatih gerakan Pencak Silat Seliwa. Misalnya, mulai dari jurus dasar,kembangan, tanggem hingga parang bergerak dengan sangat baik.