Rawa Belong Tempo Dulu

Rawa Belong Tempo Dulu

Senibudayabetawi.com – Sejak pertengahan abad ke-19, Rawa Belong terkenal sebagai “gudang” para jagoan Betawi. Tepatnya di pertigaan Rawa Belong yang menghubungkan antara Jalan Palmerah Barat, Jalan Kebayoran Lama dan Jalan Rawa Belong. 

Dilansir Batavia 1740 Menyisir Jejak Betawi, bahwa berbagai kegiatan dilakukan di Rawa Belong. Mulai dari adu maen pukul, maen judi sintir dadu hingga sabung ayam. Pecahannya berbagai macam, berupa peser, sen, benggol (5 sen), picis (10 sen), dan setalen (25 sen). 

Ada versi yang menyebut bahwa muasal Rawa Belong yakni karena suatu ketika seorang marsose berdiri di pertigaan menyebut Rawa Balong sebagai Rawa Blong. 

Warga yang mendengarkannya lalu menyebut pertigaan ini dengan pertigaan Rawa Belong. 

Awalnya, lokasi sepanjang tak lebih dari 25 meter ini hanya deretan warung kopi dan penganan tempat berkumpul warga Kampung Sukabumi Ilir, Kemanggisan, Kemandoran, Palmerah, Kebon Nanas, Pos Pengumben, Joglo. Selanjutnya, Meruya, Kebon Jeruk, Srengseng, dan Kampung Rawa. 

Menariknya, tak jauh dari pertigaan arah ke Kebayoran Lama, terdapat istal (benteng kereta dan tempat istirahat kuda). Kala itu, pertigaan ini menjadi bagian dari jalur utama delman (disebut Kampung Delman). 

Karena tempatnya yang strategis maka sejumlah kampung menyebut alamat rumah kawasan ini sebagai Rawa Belong. Harapannya tak lain sesampainya di pertigaan Rawa Belong, si kenalan bisa bertanya pada orang-orang sekitar pertigaan tentang alamat yang dituju. Itulah sebabnya warga kampung sekitar pertigaan Rawa Belong menyebut dirinya sebagai warga Rawa Belong. 

Hal ini juga menyebabkan warga Rawa Belong kian disegani. Lebih lebih setelah nama Si Pitung dan maen pukul Cingkrik mencuat. 

Cagar Budaya di Rawa Belong

Tak hanya itu, Rawa Belong memiliki sejumlah gedung cagar budaya, dua diantaranya seperti ditulis Adolf Heuken SJ yakni gedung milik Tuan Tanah Andries Hartsinck, mantan petinggi VOC di Keraton Surakarta. 

Kedua gedung ini terletak di Palmerah yakni sebuah rumah satu lantai berarsitektur Belanda Indonesia yang dikenal sebavak rumah Arya Jipang (Heuken menyebutnya rumah Jepang) dan sebuah rumah peristirahatan (landhuis) berlantai dua yang dikenal sebagai Gedong Tinggi (warga Rawa Belong menyebutnya Gedong Cubuh). 

Sayangnya, runah Tuan Andries yang djbangub tahun 1792 ini lenyap dibongkar tahun 1996. Rumah indah nan luas ini terletak di samping kompleks gedung Kompas-Gramedia di tikungan Jalan Palmerah Selatan. Tuan Andries menandai batas tanahnya dengan pal atau patok berwarna merah atau Palmerah yang kemudian menjadi nama jalan.

2 Responses

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.