Ternyata Begini Muasal Pasar Kaget Ikan Bandeng di Rawa Belong

Lapak Bandeng Bang Japar di Rawa Belong Laris Manis Diborong

Senibudayabetawi.com – Pasar kaget ikan bandeng mendadak bermunculan di Jalan Rawa Belong, Kebon Jeruk, Jakarta Barat sejak tiga hari menjelang perayaan Imlek pada Sabtu, 10 Februari nanti. Ya, sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Betawi untuk menjajakan ikan bandeng di sepanjang trotoar Jalan Rawa Belong dan Jalan Sulaiman. Salah satunya Bandeng Pasar Malam Bang Cobra CM73 dan Bang Ata bagian dari Bang Japar.

Rupanya, ini bukanlah tradisi baru, bahkan telah berlangsung sekitar tahun 1970-an. Tepatnya, sejak wilayah ini dijadikan sebagai “basecamp” atau tempat tongkrongan para pedagang di Palmerah. Hal itu dinyatakan oleh pelopor pedagang ikan bandeng Ustad Kurnain Cobra.

“Akhirnya sisa dagangan ditaruh di situ saja. Lama-lama orang lewat pada beli, dan ternyata yang lebih dominan saat itu ikan bandeng. Akhirnya lama-lama jadilah lapak pasar kaget ikan bandeng,” ujar dia kepada senibudayabetawi.com, Kamis (8/2).

Lelaki yang juga Wakadiv Keagamaan Komwil Bang Japar Jakarta Barat ini menyebut, menyambut perayaan Imlek, ia menjajakan ikan bandengnya selama empat hari. Tak tanggung-tanggung, dagangannya laris manis habis diborong.

“Alhamdulillah penjualan per hari minimal satu kwintal, bahkan bisa sampai dua kwintal. Ukurannya dari satu kilogram hingga paling besar tiga kilogram,” tambah dia.

Untuk ukuran satu kilogram seharga Rp 65.000, sedangkan untuk ukuran 1,5 kilogram harganya Rp 75.000, dan 2 kilogram ke atas harga jualnya Rp 85.000.

Sementara penjual ikan bandeng yang lain, Bang Ata menyatakan bahwa pembeli ikan Bandeng di Rawa Belong, tidak hanya berasal dari etnis Tionghoa. Tetapi juga berasa dari warga asli Betawi. 

“Selain etnis Tionghoa, juga ada pribumi atau pun orang Betawi asli,” kata dia.

Ia juga menyebut, tempo dulu setiap membeli ikan Bandeng yang akan dikirimkan ke orang tua dan kerabat harus dibarengi kecap, pete dan kue keranjang. “Beda kalau sekarang, ikan bandeng yang dikirimkan hanya dibarengi yang untuk membeli bumbu.” kata dia.

Bersama dengan Ketum Bang Japar Ibu Fahira Idris

Ia menambahkan, bahwa orang Betawi yang lekat dengan agama Islam kerap melakukan sedekah. Salah satunya dengan membeli ikan bandeng lalu membagikannya kepada ncang ncing dan sanak saudara dan tetangga.

Ini sangat berbeda dengan pemaknaan ikan bandeng bagi masyarakat China atau Tionghoa. “Kalau China, bandeng biasanya untuk sembahyang, bukan untuk dimakan. Mereka menganggapnya sebagai simbol keberuntungan,” ungkap dia.

Ikan bandeng biasanya dipanen sekitar tiga bulan sekali. Namun, saat perayaan Imlek, ikan bandeng sengaja dipanen setahun sekali secara khusus. Itulah kenapa ikan bandeng saat Imlek terlihat sangat besar. “Dulu istilahnya bukan bandeng Imlek, tapi bandeng pasar malem yang adanya malem,” tutur Wakadiv Keagamaan Komwil Bang Japar Jakarta Barat ini.

Pasar Kaget Ikan Bandeng Tempo Dulu dan Sekarang

Ustad Kurnain Cobra juga menjelaskan perbedaan lapak bandeng tempo dulu dan sekarang yang mengalami pergeseran. Tempo dulu, para pedagang bandeng hanyalah orang-orang Betawi. Namun, saat ini banyak orang-orang, bahkan di luar Betawi turut berdagang. Selain itu, saat ini juga muncul berbagai pungutan lapak yang sangat berbeda dengan lapak bandeng tempo dulu.

Ramadani Wahyu

1 Response

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.