Penyebaran Islam di Betawi

Penyebaran Islam di Betawi

Senibudayabetawi.com – Kendati saat ini agama Islam telah berkembamg pesat di Jakarta – dulu Betawi, tapi perjalanan penyebarannya tak selalu berjalan mulus. Tantangan tersebut kebanyakan muncul dari para bangsawan Pajajaran. Tapi agama Islam di Betawi segera berkembang berkat peranan para wali.

Konon, tempo dulu para dato, bangsawan di masa Surosowan beranggapan bahwa masyarakat Pajajaran
telah mempunyai agama lokal atau yang sering diberi nama sunda wiwitan.

penyebaran agama Islam di Betawi terkadang diwarnai perlawanan dari dato-dato yang menganut tarekat. Sehingga saat itu dikenal istilah elmu panemu jampe pamake. Demikian akhirnya para resi pun banyak yang menganut agama Islam.

Peran Tujuh Wali Menyebarkan Agama Islam

Dalam proses penyebaran agama Islam di Betawi (Jakarta), terdapat tujuh wali Betawi, antara lain Pangeran Darmakumala dan Kumpi Datuk yang dimakamkan berdekatan di tepi kali Ciliwung, dekat kelapa dua Jakarta Timur.

Kemudian Habib Sawangan yang makamnya berada di depan pesantren Al-
Hamidiyah, Depok. Pangeran Papak yang dimakamkan di jalan Perintis Kemerdekaan Jakarta Utara.

Para wali menyampaikannya dengan media dakwah dan dilanjutkan
dengan pembangunan masjid. Dalam penyebaran agama Islam dimulai ketika Fatahilah
menetap di Banten. Fatahilah pernah mengunjungi Sunda Kelapa sambil
menyiarkan agama Islam.

Kemudian, masuknya agama Islam di Jakarta dimulai dari kemenangan Fatahillah ketika melakukan penyerbuan ke Sunda Kelapa.

Saat Fatahiah memenangkan setelah menakhlukan Portugis di Sunda Kelapa, ia diangkat menjadi penguasa Sunda Kelapa. Jabatan ini kemudian diseragkan pada menantu Hasanudin yakni Tubagus Angka. Lalu diserahkan pada putranya bernama Jayakarta Wijayakrama.

Selama menjabat sebagai penguasa di Jayakarta, Pangeran Jayakarta pun memiliki pola kota seperti
kota Islam lainnya di Jawa. Untuk kegiatan keagamaan, masjid berada di tengah kota dan dijadikan tempat syiar agama Islam.

Saat VOC mulai menguasai Jayakarta, sebagian tokoh penyebar agama Islam pun berpindah dari Pelabuhan Pasar Ikan ke Kampung Melayu. Sebagiannya lagi melarikan diri ke arah Kampung Melayu,
mendirikan masjid Al-Atiq, dan sebagian lagi ke kampung Jatinegara Kaum.
Nama Jatinegara kaum tersebut diambil karena daerah tersebut dihuni oleh para kaum yaitu sebutan untuk penghulu agama (Pemda DKI Jakarta, 2004: 37)

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.