Senibudayabetawi.com – Kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia, termasuk Batavia pada abad ke-17 yang semula berdagang dan selanjutnya untuk kolonialisasi memicu akulturasi atau perpaduan budaya baru. Tak hanya produk budaya kuliner yang terpengaruh, tapi juga kebiasaan termasuk cara memasak dan penyajian makanan sedikit banyak berkiblat pada bangsa Eropa.
Produk kebudayaan campuran ini disebut dengan istilah “Kebudayaan Indis”. Perkembangan kebudayan Indis tak lepas dari pengaruh para perempuan yang tinggal di Hindia Belanda, baik perempuan Bumiputera maupun perempuan Eropa.
Kedatangan Perempuan Eropa Pada Tahun 1900
Utamanya, kedatangan perempuan Eropa yang semakin banyak disekitar tahun 1900 telah memberi perubahan baru dalam budaya makan masyarakat Hindia-Belanda sebagai makan yang eksklusif. Mereka biasa menghidangkan berbagai menu dalam satu meja atau disebut dengan istilah rijsttafel.
Melansir Menu Populer Hindia Belanda (1901-1942): Kajian Pengaruh budaya Eropa terhadap Kuliner Indoensia penyajian hidangan rijsttafel awalnya melibatkan banyak pelayan. Mereka mengedarkan berjenis-jenis hidangan. Beberapa menu khas Belanda yang cocok dihidangkan dalam sajian rijsttafel antara lain aneka sup sayur, lidah sapi, kroket kentang, asparagus rebus. Kemudian lobster dengan maynnes, salad, puding. Selanjutnya, buah-buahan, roti, olahan jamur, acar, anggur merah, kopi, teh, dan es ceri.
Penyajian Makanan di Batavia
Sementara ini turut mempengaruhi penyajian makanan di Batavia. Djoko Soekiman (2011:32) menyebut bahwa hidangan disajikan dalam rijsttafel diantaranya nasi soto, nasi goreng, gado-gado, nasi rames.
Menu-menu populer yang banyak digemari masyarakat di Hindia-Belanda pada tahun 1900-an diantaranya zwartzuur, daging ham dengan kuah, roti, taart, pudding, semur, es puter.
Pengaruh budaya Eropa tampak juga pada penyajian berbagai makanan tertentu. Misalnya, nasi kebuli, dawet, dan sayur menir. Kuliner ini awalnya hanya dapat ditemukan dalam rangkaian upacara upacara selametan dan memiliki makna tertentu.
Namun keadaan ini berbeda pada tahun 1900-an. Nilai-nilai makanan tak lagi sekadar bernilai adat atau religi. Namun, berfungsi secara komersil. Kebiasaan lain masyarakat Batavia yang mendapat pengaruh dari bangsa Eropa yakni kebiasaan meminum minuman air es.