Fesyen Mode Orang Tionghoa di Batavia

Perkembangan Pakaian Perempuan Tionghoa

Senibudayabetawi.com – Perempuan Tionghoa biasanya mengenakan pakaian atau baju tungsha atau baju twikim. Umumnya, pakaian ini dikombinasikan dengan celana komprang (longgar) untuk pakaian sehari-hari. Namun ternyata ada berbagai perbedaan antara pakaian orang Tionghoa kalangan bawah dan atas.

Bahan baju twikim terbuat dari sutera (sutera yang putih disebut “pehtiu”, dan yang hitam disebut “outiu”) atau katun. Umumnya, baju ini biasa dikenakan orang Tionghoa kalangan menengah ke bawah. Sementara, baju twikim orang kaya dan pejabat yang diangkat pemerintah Belanda biasa mengenakan twikim berkerah. Uniknya, bagian bawah terdapat celana komprang yang potongannya sangat lebar dan tidak terdapat tali di pinggang yang berfungsi sebagai pengencang celana.

Dalam perkembangannya, celana komprang mulai digantikan dengan celana bergaya Barat, pantolan Sedangkan, simbol elite tradisional Tionghoa kaya yang tampak dari aspek tampilan luar adalah bertubuh tambun, berpakaian dengan jubah yang panjang, rambut dijalin panjang, dan kuku yang panjang (Hanna, 1988:214). Penampilan tersebut merupakan eufemisme elite Tionghoa tradisional sebelum masuknya era modernisasi.

Elite tradisional Tionghoa pemangku jabatan mayor, kapten, maupun letnan kerap mengenakan pakaian tradisional Tiongkok berupa jubah panjang. Demikian halnya dengan pakaian tradisional Cina untuk perempuan.

Pakaian yang dikenakan dalam keseharian nyonya Tionghoa adalah baju kurung pendek (sekarang disebut kebaya encim). Akan tetapi, saat hari perayaan atau hari istimewa, mereka akan mengenakan pakaian tersebut hingga mencapai lutut (disebut dengan tungsa).

Perkembangan Pakaian Menjelang Zaman Jepang

Menjelang zaman Jepang, perkembangan pakaian mulai berkembang pesat, yakni mulai berkembang kebaya kerancang, yakni kebaya yang selesai disulam akan dilubangi di bagian-bagian tertentu dengan gunting kecil.

Kebanyakan perempuan Tionghoa muda memakai pakaian berwarna merah muda atau hijau. Sementara, perempuan paruh baya memakai kain berwarna sawo matang, biru, atau ungu. Khusus untuk bagi perempuan yang telah berumur memakai kain berwarna hitam.

Kain yang dipakai adalah kain sutera mahal yang didatangkan dari Tiongkok. Budaya penggunaan pakaian tradisonal Cina juga sangat tampak ketika mereka akan mengadakan pernikahan dengan adat tradisional yang disebut dengan Ciotao.

1 Response

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.