Beginilah Perbedaan Tari Zapin Betawi dan Bengkalis

Beginilah Perbedaan Tari Zapin Betawi dan Bengkalis

Senibudayabetawi.com – Keberadaan tari Zapin di Betawi sejak kepemimpinan Fatahillah atau pangeran Jayakarta pada abad ke-16 tak sebagai media dakwah. Akan tetapi juga menjadi hiburan tersendiri. Terlebih tari Zapin tak sekadar ada di Betawi tapi juga di Bengkalis. Nah, bagaimana sih perbedaannya sobat senibudayabetawi.com?

Berbicara terkait sebuah tarian secara tak langsung turut membahas mengenai berbagai gerakan yang ada pada tarian tersebut. Tari Zapin Betawi misalnya. Meski sama-sama tari Zapin, tapi karakteristiknya antara di Betawi dan Bengkalis sangat berbeda.

Saat masa kejayaan Kerajaan Riau Lingga, tarian Zapin hanya dipertunjukkan khusus dihadapan raja atau pejabat istana saja. Adapun para penari terdiri dari orang laki-laki sebanyak empat sampai tujuh orang. Saat itu pun, bentuk tarian Zapin masih dalam posisi bersyaf sejajar langsung menghadap raja (belum mengenal pola lantai). Itu artinya bentuk tarian ini masih belum mengeksplor ragam gerakan lain.  

Sementara pada tari Zapin Betawi bagian pertama, yakni pembukaan yang merupakan bagian awal sebelum dimulainya tarian. Karakteristik bagian ini yaitu dengan mempertahankan posisi duduk atau yang biasa disebut Julus (yaitu seperti duduk pada tahiyat akhir dalam solat). Posisi ini dianggap sebagai penghormatan sebelum dimulainya tari Zapin.

Para penari julus menghadap ke arah para pemain musik sambil menunggu intro musik selesai dimainkan. Selanjutnya, para penari pun berdiri dan memberi hormat kepada pemusik,pada penonton. Salam penghormatan yakni dengan menggerakkan kedua tangan diangkat dan telapak tangan dikatupkan.

Gerakan penghormatan lain pada penonton yakni dengan cara para penari meletakan tangan kanan di dada seperti halnya salam hormat dalam sebuah pertunjukan dan agak membungkukan badan selama beberapa detik.

Gerakan Zapin Betawi dan Bengkalis

Adapun gerakan pertama oleh para penari Zapin Betawi yaitu dengan menggerakkan mundur sebanyak empat sampai lima langkahan. 

Bagian kedua yaitu para penari mulai menarikan tariannya, tidak ada hal yang khusus pada bagian ini. Mereka mempertunjukan keluwesannya dalam menari Zapin Betawi.

Gerakan variasi yang biasa ditampilkan para penari yaitu gerakan meletakan tangan pada ujung pelipis. Meski gerak variasi diperkenankan, ada beberapa hal yang tetap harus menjadi perhatian para penari yakni gerakan variasi tidak boleh mengandung gerakan-gerakan gemulai.

Demikian selama menari, mereka diharapkan dapat menarikan Zapin Betawi dengan gagah tanpa ada unsur gemulai didalamnya. Bila ada gerakan-gerakan gemulai maka akan mengurangi nilai yang terkandung pada tarian ini. 

Bagian ketiga yang harus diperhatikan adalah bagian penutup atau tahtu. Tahtu pada tari Zapin Betawi berbeda dengan Zapin Bengkalis. Pada Zapin Bengkalis, tahtu dilakukan di pertengahan lagu (pada saat interload), sedangkan pada Zapin Betawi tahtu dilakukan di akhir lagu.

Gerakan tahtu pada tari Zapin Betawi dilakukan dengan gerakan melangkah maju, lalu mengganti satu kaki ke belakang kemudian berputar di tempat dan bersimpuh dengan satu kaki dilipat. Tahtu dapat dilakukan minimal dua kali. Gerakan ini dilakukan setelah interload terakhir pada lagu (dalam marawis ditandai dengan tiga kali pukulan) dan tidak diperkenankan dilakukan di pertengahan pertunjukan tarian.

Keunikan yang paling mencolok dari Zapin Betawi adalah tidak terlalu menekankan pada gerakan tangan, tubuh, kepala, serta gerakan di bagian badan. Gerakannya hanya terpusat pada kaki dengan menggunakan dua pola langkahan, yaitu langkahan biasa dan langkahan kecil.

Langkahan kaki dengan arah menyudut serta langkahan kaki yang membentuk mata panah, merupakan ciri yang paling khas dalam tari Zapin Betawi. Langkahan tersebut merupakan langkahan pokok dalam tari Zapin.

Ramadani Wahyu

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.