Takut Air, Beginilah Kebiasaan Tentara Belanda di Batavia

Takut Air, Beginilah Kebiasaan Tentara Belanda di Batavia

Senibudayabetawi.com – Orang Belanda, termasuk para tentara era kolonialisme terlihat gagah berani. Namun, ternyata mereka memiliki kebiasaan yang tergolong unik yakni takut air. Inilah yang menjadikan mereka jarang mandi, baik di negaranya maupun di Batavia. Nah, bagaimana kebiasaan tentara Belanda di Batavia yang jarang mandi?

Dalam Kisah-kisah Edan Seputar Djakarta Tempo Doeloe, Zaenudin HM menyatakan orang-orang Belanda yang lebih awal dan terbiasa di Batavia telah akrab dengan air. Ini tak berlaku pada para tentara Belanda yang belakangan mendiami Batavia.

Namun, lambat laun para pejabat kompeni Belanda menyadari pentingnya mandi dengan mengeluarkan peraturan bahwa para serdadu kompeni wajib mandi setiap sepuluh hari sekali. Namun, peraturan ini tidak dipatuhi dan para tentara menolak mandi. Imbasnya, saat matahari terik, badan mereka berkeringat dan menyebarkan bau tak sedap.

Selain karena takut air, para serdadu ini rupanya dikuatkan dengan pernyataan dokter Bernama Keuchenius pada tahun 1804 bahwa mandi memang tak perlu bahkan tak baik bagi kesehatan. Namun, seiring perkembangan zaman dan tumbuhnya Batavia, orang-orang Beladna merasa butuh mandi.

Kebiasaan Mandi Digencarkan

Kebiasaan mandi – meski tak setiap hari mulai digencarkan. Jika masyarakat bumiputra terbiasa mandi di kali atau sungai, tapi ini tak berlaku bagi orang Belanda. Oleh karena itu, mereka membangun tempat pemandian khusus di dalam rumah.

Gubernur Jenderal van der Parra, membuat paseban-paseban untuk mandi para petinggi kompeni. Uniknya di bagian kolong paseban dibuat semacam kerangkeng berterali kayu.

Pada abad ke-18, mulai bermunculan kamar mandi tertutup atau setengah tertutup. Misalnya yang terdapat di halaman rumah milik Reinier de Klerk di Jalan Gajah Mada dengan kamar mandi tertutup. Kadang kamar mandi ini juga digunakan para perempuan Belanda. Di sini pula terdapat bilik kecil berasal dari tembok untuk menanggalkan pakaian sebelum menurunan bak untuk mandi. Adapun airnya berasal dari kali Ciliwung.

Tak hanya itu, selesai mandi, dinding penutup dalam bak tersebut digeser hingga terbuka. Air pun mengalir keluar bak ke sebuah selokan di samping Gedung menuju ke halaman belakang. Pada era itu, air di Molenvliet sudah berlumpur dan lumpurnya masuk ke dalam bak mandi. Oleh karena itu, setelah mandi di bak, tubuh harus dibilas kembali dengan air jernih dari tempayan yang tersedia.

Kendati tempat pemandian telah dibangun apakah lantas menjadikan tradisi bagi orang Belanda untuk mandi? Ternyata tidak. Menurut F de Haan, hingga tahun 1840, belum semua tempat tinggal orang Belanda di Batavia memiliki kamar mandi khusus. Kebanyakan dari mereka, termasuk para perempuan Belanda lebih suka mandi dan mencuci di kali.

Diketahui pada waktu itu kali-kali di Batavia mengalirkan air jernih dan bersih. Sementara untuk utusan minum, mereka lebih menyukai air dari sumur atau kebuh halaman belakang rumah.

Ramadani Wahyu

1 Response

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.