Dukun Beranak dalam Masyarakat Betawi

Dukun Beranak dalam Masyarakat Betawi

Senibudayabetawi.com – Keberadaan dukun beranak bukan sekadar membantu dalam persalinan perempuan tempo dulu. Namun mampu menjadi bagian kebiasaan dan kebudayaan masyarakat, termasuk di Betawi. Biasanya profesi dukun beranak dan dukun bayi disandang oleh orang yang sama sebab kemampuan mereka tak terpisahkan. Dukun beranak dalam masyarakat Betawi tempo dulu memiliki posisi penting lho.

Pada dasarnya tak semua orang memiliki kemampuan mengurus persalinan dan memastikan kesehatan sang jabang bayi. Itulah kenapa keberadaan dukun beranak sangatlah krusial. Bahkan dukun beranak juga kerap bertindak jauh sebelum perempuan Betawi melahirkan. Misalnya, sejak ngidam sudah dimintai obat agar kesehatan perempuan dan jabang bayinya terjamin.

Melansir dari Kemendikbud, dukun beranak terus berperan menjadi penasehat, terutama memberi nasehat terkait rekomendasi dan pantangan makanan.

Menariknya, mitos pemahaman orang Betawi menyebut bahwa perempuan hamil mengeluarkan aroma darah segar janin. Nah, aroma mampu tu mengundang rasa lapar makhluk halus, terutama kuntilanak. Guna menangkal serangan kuntilanak itu, dukun membacakan jampe-jampe pada benda-benda kecil tajam. Mulai dari pisau kecil, gunting kecil, hingga gunting kuku. Benda itu dicantumkan di baju atau dipegang oleh perempuan hamil. Bahkan juga digunakan sebagai wafak jampe di kain putih.

Upacara Nujuh Bulan Dukun Beranak dalam Masyarakat Betawi

Usia rawan perempuan hamil adalah saat memasuki usia hamil tujuh bulan. Ini dianggap paling penting sebab ruh telah ditiupkan secara sempurna. Oleh karena itu, di usia ini juga masyarakat Betawi biasa menyelenggarakan upacara nujuh bulan.

Adapun tujuan nujuh bulan tak lain yakni memberi rasa aman kepada keluarga perempuan yang sedang hamil agar tidak terjadi malapetaka bagi diri dan keluarganya. Dukun membetulkan posisi janin agar selalu dalam posisi yang benar. Dialah yang menjadi pemimpin upacara sejak awal sampai akhir.

Saat proses melahirkan adalah masa yang paling kritis. Pasalnya, keselamatan nyawa ibu dan anak menjadi taruhan. Sebelum persalinan dukun memberikan ramuan berupa air putih dan minyak kelapa. Setelah melahirkan, tali pusar bayi dipotong dan ari-ari (placenta) dimasukkan ke dalam kendil yang sudah diisi dengan  kembang tujuh rupa lalu dikubur di dekat cericipan depan rumah atau di bawah tempat tidur diterangi lampu cempor.

Perempuan yang melahirkan kelihatan sangat lelah dan pucat, untuk itu keluarganya akan membuatkan masakan dari daun-daunan yang segar-segar. Adapun masa ini dinamakan mapas yaitu masa mengembalikan kesegaran bagi ibu yang baru melahirkan.

Ramuan Khusus Pasca Melahirkan

Dukun menyediakan ramuan khas Betawi. Mulai dari sambetan, jamu daon sembung, jamu aer godogan, aer daon kumis kucing, dan jamu kayu rapet. Sebelum ibu si bayi dapat memandikan anaknya, dukunlah yang mengurusnya. Mulai memandikan, memakaikan bedak dan membedong (membebat) sang bayi.

Peranan dukun beranak tidak hanya terbatas pada pertolongan persalinan saja tetapi juga meliputi berbagai segi lainnya, seperti mencucikan baju setelah ibu melahirkan, memandikan bayi selama tali pusar belum puput (lepas), memijit ibu setelah melahirkan. Selanjutnya juga memandikan ibu, mencuci rambut ibu setelah 40 hari melahirkan, melakukan upacara sedekah kepada alam supra-alamiah.

Dukun beranak biasanya merupakan orang yang cukup dikenal di kampung, dianggap sebagai orang-orang tua yang dapat dipercayai dan sangat besar pengaruhnya pada keluarga yang mereka tolong.

Ramadani Wahyu

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.