Saat Anak Betawi Pulang Ngaji Bermain Tamat-tamatan

Saat Anak Betawi Pulang Ngaji Bermain Tamat-tamatan

Senibudayabetawi.com – Permainan tamat-tamatan. Begitulah masyarakat Betawi, terutama di Kampung Maruda Pulo, Marunda, Tanjung Priok, Jakarta Utara menamainya. Berkembang sejak tahun 1950-an, permainan tradisional Betawi tamat-tamatan ini menjadi salah satu permainan populer di masanya.

Secara etimologis dalam perbendaharaan kata Betawi, tamat atau namatin mempunyai arti usai atau selesai. Istilah ini lekat sebagai perumpamaan anak Betawi yang telah tamat mengaji maupun sekolah. Ini karena permainan ini kerap dimainkan begitu anak-anak Betawi pulang mengaji di sore hari.

Permainan tamat-tamatin biasa dimainkan anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan berusia 7 hingga 12 tahun. Biasanya, anak-anak memainkannya setelah selesai belajar mengaji. Mereka berkumpul untuk terlibat asyik di sore hari untuk bermain.

Adapun permainan diawali dengan memilih kepala regu yang bertugas suit untuk menentukan kelompok yang bermain terlebih dahulu. Selain itu, ia juga memasukkan benda kecil seperti batu kerakal hingga kerrang kecil dalam genggaman tangan anggota regunya.

Selanjutnya, seluruh regu diharuskan menggenggam serta mengangkat kedua tangannya sembari berseru “Bade!”. Yang artinya diminta untuk menerka anak mana yang menggenggam batu.

Bila regu lawan tak mampu menebak maka pemain yang menggenggam batu dapat melompat mendekati garis batas. Khusus regu yang telah mencapai garis batas lawan lebih dahulu maka itulah dinyatakan sebagai pemenang. Akan tetapi jika bisa ditebak maka ganti regu lawan yang jalan.

Menariknya, biasanya regu yang kalah akan dijitak (ditotok bagian kepala dengan ujung kepalan tangan). Namun, ini hanyalah sebagai candaan bukan kekerasan.

Ramadani Wahyu

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.