Senibudayabetawi.com – Sudah menjadi tradisi bahwa anak Betawi di suatu wilayah selalu memiliki maenan yang beragam. Seperti halnya anak Kemayoran yang mempunyai maenan Silat Sutera Baja. Bukan ujug-ujug muncul, konon telah ada sejak Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger (KNIL) Belanda oleh tokoh bernama Mat Marun. Ya, pertama kalinya silat khas Betawi ini muncul tepatnya di Jalan Kepu Gang IV dekat Langgar Mualim Sa’I dan Kemayoran Jakarta Pusat.
Adapun maen pukul Sutera Baja ini memiliki ciri khas atau karakter tersendiri. Dibandingkan dengan silat Betawi lain, maen pukulan ini lebih banyak bertahan dan bermain pada pukulan jarak dekat. Demikian pukulannya mematahkan serangan lawan dengan memancing lawan terlebih dahulu. Ini menjadi kelebihan maen pukul ini.
Tak hanya itu, melansir warisanbudaya.kemendikbud, dalam silat ini juga terdapat tradisi sedekah bumi yang dilakukan sebelum para murid mengikuti latihan. Bentuknya, yakni berupa syukuran dan memanjatkan doa.
Setiap murid diminta membawa telur ayam kampung dan dikuburkan di dalam tanah. Tujuan dari sedekah bumi ini yaitu untuk memohon keselamatan selama mengikuti proses latihan silat. Selain itu, juga sebagai bentuk penghormatan kepada alam lingkungan tempat berlatih (tanah yang diinjak). Pasalnya, dalam latihan banyak gerakan yang menghentakan kaki ke bumi.
Jurus Diibaratkan Amalan Ibadah Shalat
Menariknya pula, dalam jurus-jurus silat Sutera Baja kerap diibaratkan seperti halnya orang mengamalkan ibadah shalat. Jurus-jurus yang dikembangkan dalam aliran ini merupakan penerapan dan penjabaran dari gerakan-gerakan shalat.
Misalnya, gerakan Jurus Buka merupakan gerakan Takbirratur Ikram yang menggambarkan orang yang melihat keagungan Tuhan. Berikutnya, gerakan jurus terakhir adalah Jurus Jatoh merupakan jurus penutup yang menggambarkan gerakan salam dalam shalat. Ini menggambarkan manusia mendapatkan kesejahteraan setelah melakukan usaha dan mengingatkan manusia yang merupakan mahkluk Tuhan yang hanya bisa pasrah ketika tuhan telah berkehendak.
Keseluruhan dari pengamalan jurus-jurus diibaratkan sebagai doa sebagai permohonan sedangkan langkah adalah sebagai bentuk usaha atau ihktiar manusia.
Jurus dalam aliran silat sutera baja merupakan gerakan baku sebagai gerakan dasar yang harus dikuasai pesilat sutera baja yang terdiri dari 24 jurus. Di dalamnya didominasi oleh gerakan pertahanan menunggu serangan lawan kemudian menyerang dengan gerakan langkah yang terbagi menjadi 6 langkah.
Filosofi Silat Sutera Baja Selembut Sutera Sekeras Baja
Filosofi yang dikembangkan dalam perguruan silat Sutera Baja adalah Selembut Sutera Sekeras Baja. Di dalam kelembutan jiwa, terdapat kekuatan raga.
Sementara untuk lambang Sutera Baja memiliki makna tersendiri. Warna dasar merah menyimbolkan keberanian. Segi lima melambangkan azas yang dianut adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Nama Pencak Silat Kemayoran menginformasikan pencak silat ini asli dari Kampung Kemayoran.
Selanjutnya, tangan bersimpuh melambangkan saling menghormati kepada yang lebih tua serta tidak memutuskan tali silaturahmi. Tiga garis bergelombang berwarna biru diartikan sebagai ombak dilautan yang menunjukan semangat gelora jiwa muda dan tulisan Sutera-Baja sebagai akronim Silat Utama Putera Betawi Jaya.
Silat Sutera Baja kini terus dikembangkan di Jakarta oleh para penerusnya dengan membuka sasana latihan dibeberapa tempat selain di Kemayoran, yaitu di Lenteng Agung, Depok, Halim, Bekasi, Tambun dan Cikarang.
Ramadani Wahyu