Beginilah Pertunjukkan Stambul Tempo Dulu di Betawi

Beginilah Pertunjukkan Stambul Tempo Dulu di Betawi

Senibudayabetawi.com – Bila komedi stambul – yang oleh rakyat jelata disebut “bangsawan” pada abad awal abad ke XIX dan awal abad ke XX mengadakan pertunjukkan maka dimulailah kehidupan malamnya yang semarak. Beginilah pertunjukkan stambul Betawi tempo dulu.

Malam yang biasanya sepi maka bisa hidup kembali karena biasanya pertunjukkan dimulai pukul 21.00 hingga sekitar tengah malam. Anak-anak disuruh “mengambil persekot tidur” dulu agar malamnya tahan melek.

Salah satu tempat paling sering digunakan untuk menggelar pertunjukkan adalah di lapangan di ujung Jl. Mangga Besar yang berbatasan dengan Jl. Hayam Wuruk sekarang.

Di lapangan tersebut pula kemudian dibangun gedung komedi yang disebut Thalia, menurut nama dewi sandiwara gembira dalam mitologi Yunani. Selanjutnya gedung tersebut dijadikan bioskop lalu dibongkar dan sejak beberapa puluh tahun lalu menjadi perkantoran.

Lakon Seribu Satu Malam

Dalam tulisannya yang berjudul “Komedie Stamboel of de Oost-Indische Opera”, Manusama menceritakan bahwa ia berangkat dari Weltevreden (penduduk menyebutnya “Kota Atas” yakni kawasan mulai dari Gang Ketapang hingga Mataram) dengan menumpang “kereta Betawi” atau sado.

Komedi stambul dimainkan dalam sebuah tenda besar dari kain layar. Saat itu tukang es dan jajanan telah memenuhi lahan sekitar tenda.

Pada lengkungan dari pipa gas terpasang huruf-huruf berwarna mencolok: KOMEDIA STAMBOEL.

Dilihatnya layar di depan panggung yang menunjukkan adegan pengantar cerita Seribu Satu Malam. Di situ dilukiskan Syahriar, raja India dan Tartar Raya, berbaring di dipan sambal menghidap hookah.

Ramai Seperti di pasar

Penonton telah memenuhi bangku dan terdiri atas berbagai golongan masyarakat mulai penonton kelas termurah hingga kelas atas. Untuk kelas termurah duduk di bangku papan, dan penuh sesak dengan orang-orang Indonesia, Cina dan anak-anak yang bersendau gurau dan bersiul.

Pukul 20.30, musik di depan tenda berhenti bermain dan tiba giliran orkes stambul di kaki pentas. Orkes itu mengikuti “susunan Prancis”, yakni terdiri atas 1 piano, 1 biola, 1 klarinet, 1 kornet, 1 tombon, dan 1 kontrabas.

Orkes dimulai dengan membawakan sebuah lagu mars yang gembira. Bunyinya sangat menyenangkan.

Saat musik berhenti penonton berteriak sorak. Lalu terdengar bunyi dering lonceng yang keras dan nyaring sebagai pertanda pertunjukkan akan segera dimulai. Penonton berteriak-teriak.

Di atas panggung, para pemain yang berpakaian indah berjajar dua baris. Mereka menghaturkan salam yang dinyanyikan lalu mengundurkan diri. Pertunjukan dimulai dengan laokn Jula Juli Bintang Tiga.

Rombongan yang paling terkenal mula-mula adalah The Malay Opera of Malacca yang menggelar lakon-lakon dari Timur seperti Laila Majnun maupun lakon-lakon dari Barat seperti Saudagar dari Venesia-nya Shakespeare dan lakon Jerman Lohengrin. Karena merekalah rakyat Betawi mengenal lakon-lakon yang mashur ini.

Ramadani Wahyu

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.