Wayang Si Ronda Betawi, Dimainkan Keliling Seperti Meronda

Wayang Si Ronda Betawi, Dimainkan Keliling Seperti Meronda

Senibudayabetawi.com – Seperti halnya namanya. Nama wayang si ronda Betawi disebut-sebut karena berdasarkan bentuk pentasnya yang berkeliling atau berputar. Semua pemain bisa masuk dari mana saja. Penyebaran wayang si ronda terbilang terbatas yakni di wilayah pinggiran Jakarta seperti Kelapa Dua, Parung dan Tangerang.

Dalam Seni Budaya Betawi Menggiring Zaman (1998), wayang si ronda Betawi merupakan degradasi dari lenong. Artinya, pertunjukan ini umumnya sama dengan pagelaran lenong.

Perbedaannya yakni mencolok pada saat pementasan atau pergelaran. Lenong dipentaskan di atas panggung. Sementara wayang sironda Betawi dipentaskan di atas tanah, seperti ubrug, belantek dan topeng pada masa-masa yang lalu.

Wayang si ronda hanya menggunakan sebuah layar yang terutama berfungsi sebagai penghalang antara pentas dengan bagian belakang panggung.

Layar polos ini menjadi pemisah antara ruang pemain dengan belakang panggung yang berfungsi sebagai tempat berhias, berganti pakaian dan menunggu giliran main.

Menariknya, saat belum ada lenong, mereka bermain sebagai panjak wayang si ronda. Adapun tokoh lenong sekarang yakni Samad Modo, Amsar, Imah, Kami dan lain sebagainya.

Sementara untuk pakem yang digunakan dalam jenis wayang ini yakni mengikuti wayang betawi.

Khusus untuk wayang kulit Betawi sejak awal tumbuh dalam masyarakat kelas bawah. Wayang kulit Betawi merupakan bentuk kesenian yang dikembangkan oleh prajurit Sultan Agung yang ikut menyerang Kota Batavia (Betawi).

Karena kalah, prajurit Sultan Agung itu tidak berani kembali ke Mataram. Selanjutnya, selama menetap di Batavia, prajurit itu mengembangkan wayang sebagai salah satu bentuk kesenian Jawa yang dikuasai sebelumnya. Cerita tradisi ini mengandung kebenaran.

Ramadani Wahyu

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.