Menyelami Makna Tradisi Nyuguh Betawi Rawa Bebek

Menyelami Makna Tradisi Nyuguh Betawi Rawa Bebek

Senibudayabetawi.com – Masyarakat Betawi di Rawa Bebek, Bekasi memiliki tradisi tersendiri yang berbeda dengan Betawi lain. Salah satu tradisi tersebut yaitu tradisi Nyuguh yang bermakna mengenang arwah leluhur yang telah mendahului kita. 

Tradisi Nyuguh merupakan tradisi yang dilakukan pada hari-hari tertentu oleh masyarakat Betawi di Rawa Bebek. Meski sejatinya Betawi Jakarta tidak mengenal tradisi ini, tapi tradisi ini seperti telah mendarah daging bagi masyarakat Betawi di Rawa Bebek. 

Ini dikarenakan adanya asimilasi budaya masyarakat di Rawa Bebek. Mulai dari budaya Betawi, Sunda, hingga Jawa.

Dalam Makna Simbolik dalam Tradisi Nyuguh Masyarakat Betawi Rawa Bebek di Kelurahan Kota Baru, Bekasi Barat, tradisi Nyuguh bermakna menyediakan atau memberikan hadiah atau menyediakan atau memberikan hadiah berupa pangan/ makanan atau minuman kepada arwah leluhur yang sudah tiada. Khususnya untuk ahli kubur atau ruh orang-orang salih (para arwah leluhur).

Tujuan Tradisi Nyuguh

Adapun tujuannya yaitu untuk mengenang arwah leluhur yang telah mendahuli kita.

Meski demikian, tradisi Nyuguh tak terlepas dari aspek keagaman yang terlihat dari segi ritualnya saat memangil arwah leluhur. Yakni dengan cara membaca (mantra) Basmalah tiga kali, lalu membaca surat al-Fatihah tujuh kali, surat al-Ikhlas tujuh kali, sholawat tujuh kali, dan yang terakhir kemudian menyebut nama leluhur. Orang yang bisa memanggil arwah leluhur itu merupakan tetua yang dipilih oleh leluhur sebelumnya.

Itu artinya, ritual ini tidak lepas dari aspek keagamaan dalam hal ini, agama Islam. Kelompok yang melakukan tradisi Nyuguh ini juga harus beragama Islam. Pasalnya  mantra yang dibaca tetua seluruhnya berasal dari kitab suci al-Quran. Disinilah aspek keislaman, menjadi aspek terpenting dari tradisi Nyuguh ini. 

Tradisi Nyuguh dilakukan dengan cara memberikan sesuguhan kepada arwah para leluhur yang telah meninggal dunia. Adapun suguhannya berupa daun sirih beserta bahan-bahannya kapaur sirih, gambir, kopi pahit, kopi manis, teh pahit. Lalu ada pula teh manis, air putih, kembang tujuh rupa, kelapa muda, kue-kue, nasi putih, dan lauk pauk. 

Nah, untuk lauk pauk yang dimaksud yaitu seperti sayur ikan gabus pucung dan ayam bekakak serta buah-buahan seperti pisang raja, anggur, jeruk, apel, dan kelengkeng. 

Di dalam tradisi ini juga tak luput dari kegiatan tahlilan dan maulid Nabi. Adapun  tujuannya supaya dan mendapatkan doa dari yang masih hidup atau syafat dari Nabi Muhamad Saw. Tradisi ini juga diikuti drngan kegiatan ziarah kubur. 

Meski tradisi ini rutin dilaksanakan setiap hari-hari tertentu dalam setiap tahunnya, sayangnya banyak pemuda yang melupakan makna dari pelaksanaan Nyuguh. 

Ramadani Wahyu

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.