Senibudayabetawi.com – Orang awam mungkin sekadar tahu istilah bela diri silat tanpa tahu istilah maen pukulan. Padahal keduanya berkaitan erat. Ternyata orang tempo dulu di Jakarta lebih sering menyebut silat khas Betawi dengan istilah maen pukulan. Nah, lalu bagaimana dengan akar maen pukulan Betawi?
Seperti dilansir Maen Pukulan Pencak Silat Khas Betawi karya G.J Nawi, aliran maen pukulan Betawi berdasarkan akarnya dikategorikan menjadi dua, yaitu Akar Aliran Luar (baca: aliran dari luar Nusantara) yang banyak dipengaruhi oleh ilmu bela diri kaum imigran Tionghoa dan Akar Aliran Dalam (baca: aliran Nusantara).
Akar Aliran Dalam atau dapat dikatakan aliran ilmu bela diri lokal selanjutnya berkembang hingga menjadi aliran maen pukulan Betawi. Sebelum maen pukulan berdiri menjadi aliran tersendiri, maen pukulan ini terpengaruh dari budaya dari luar seperti imigran Tionghoa asal Tionghoa Selatan.
Penduduk Tionghoa Selatan bermigrasi ke Betawi tepatnya setelah Dinasti Manchu berkuasa di Tiongkok pada tahun 1644. Adapun ciri-ciri fisik mereka antara lain rambut bagian depan dicukur dan memakai taucang. Sementara orang Tionghoa peranakan yakni orang-orang keturunan dari hasil pencampuran orang Tionghoa dan pribumi Nusantara.
Kebudayaan Tionghoa dari Tiongkok Selatan mendominasi dalam membentuk maen pukulan di Betawi. Pengaruh ilmu bela diri imigran Tionghoa juga dapat dilihat dari karakter khas gerakannya yang cepat, kuat, energik dengan variasi metode pukulan dan suara hentakan menyertai gerakan-gerakannya.
Adapun gerakannya didominasi oleh gerakan tangan sebagai karakter serangan dan pertahanan. Gerakan ini menandakan pengaruh ilmu bela diri yang dibawa orang-orang selaran sungai Yangtze (Tiongkok Selatan) yang dikategorikan sebagai aliran Nan Chuan atau ilmu bela diri aliran selatan.
Tak hanya gerakan dalam ilmu silat yang turut mempengaruhi maen pukulan di Betawi. Bahkan, secara budaya hingga karakternya sehari-hari, jago-jago kuntao Tionghoa yang berada di Betawi turut membentuk kepribadian orang-orang Betawi. Misalnya, karakter pemberani dan percaya diri orang-orang Tionghoa peranakan diadaptasi oleh orang Betawi termasuk juga belajar maen pukulan.
Ramadani Wahyu