Senibudayabetawi.com – Batik, warisan budaya Indonesia telah mengalami transformasi yang signifikan sepanjang sejarah, terutama selama masa penjajahan Belanda dan Jepang khususnya di Batavia. Pengaruh kedua negara ini telah meninggalkan jejak yang mendalam pada motif, teknik, dan bahkan fungsi batik.
Interaksi antara budaya lokal dan asing ini melahirkan perpaduan unik yang memperkaya khazanah batik Indonesia, sekaligus membentuk identitasnya yang khas hingga kini.
Eksistensi batik saat masa kolonialisme Belanda terlihat tepatnya pada periode masa transisi dari kebijakan sistem tanam paksa menuju kebijakan liberialisasi ekonomi di Hindia Belanda. Saat itu, ada satu fenomena yang cukup menarik yaitu kemunculan batik Belanda.
Jenis batik ini merupakan hasil interaksi dengan penduduk pribumi atau buah dari kebudayaan Indis. Menurut Djoko Soekiman, sebagai kebudayaan indis, ini merupakan usaha peniruan yang dilakukan oleh orang-orang yang berasal dari Eropa khususnya Belanda.
Motif Batik Belanda dan Jepang
Batik Belanda mengadopsi gambar dedaunan sebagai pola utamnya. Namun, lambat laun muncul juga pola lain seperti “Little Red Riding Hood”, “Snow White” hingga “Hanzel and Grete”. Batik Belanda masih tersimpan rapi dalam museum batik di Pekalongan.
Tak hanya itu batik pada masa penguasaan imperium militer Jepang juga memiliki ciri khasnya sendiri. Meski pemerintahan Jepang hanya berlangsung 3,5 tahun, tapi dianggap lebih berat dibanding yang dilakukan oleh Belanda dan Inggris.
Kedatangan pemerintah Jepang ke Hindia Belanda, khususnya Jawa saat dalam keadaan perang yang bergejolak di wilayah Asia-Pasifik. Segala usaha dilakukan Jepang di Jawa guna memenuhi kebutuhan logistik perang, mulai dari manufaktur, pertanian dan tekstil untuk para prajurit militer Jepang.
Seiring penguasaan industri, terutama tekstil di Jawa oleh pemerintahan Jepang berimbas pada minimnya peredaran bahan katun sebagai bahan dasar utama pembuatan batik. Ini memaksa sebagian besar pengusaha batik di Jawa untuk gulung tikar.
Uniknya, pengambilan paksa pabrik-pabrik kain hingga penyitaan kain katun oleh Jepang tak sekadar menghasilkan seragam para prajurit. Tapi juga Jepang menghasilkan produk berupa kain batik sesuai selera mereka.
Kain batik yang terkenal pada masa pemerintahan militer Jepang yaitu jenis batik Hokokai. Sementara masyarakat pribumi menyebutnya dengan nama batik pagi sore. Ini dikarenakan dua sisi batik bisa dikenakan dengan perbedaan motif di dalamnya. Sisi pertama di pagi hari dan sisi lainnya untuk sore hari.
Ramadani Wahyu