Senibudayabetawi.com – Sobat senibudayabetawi.com pernah mendengar istilah ‘kuda bisik’? Kuda Bisik merupakan salah satu permainan tradisional Betawi tempo dulu. Seperti halnya namanya, permainan ini dimainkan dengan cara berbisik-bisik. Menarik bukan sobat senibudayabetawi.com?
Permainan Kuda Bisik kerap dimainkan oleh anak-anak Betawi tempo dulu. Ini karena memainkannya cukup mudah dan sederhana tanpa membutuhkan alat apapun. Sama halnya dengan permainan Galasin (Gobak Sodor), Petak Jongkok, Petak Umpet dan Nenek Gerondong yang cukup berbekal niat main saja maka sudah bisa bermain.
Konon permainan Kuda Bisik kerap kali dimainkan terutama di momen-momen berkumpulnya anak-anak sebaya, baik itu tetangga atau saudara. Misalnya, momen malam takbiran, hingga momen santai lainnya. Karena membutuhkan banyak pemain, maka permainan ini membangun kekompakan dan melekatkan keakraban.
Nah, secara spesifik jumlah pemain Kuda Bisik paling sedikit yaitu tujuh orang dan harus ganjil. Sebab, satu orang akan menjadi wasit dan sisanya membentuk dua kelompok. Khusus untuk tugas wasit yaitu menerima bisikan dari kedua kelompok.
Cara Bermain Kuda Bisik
Adapun cara bermainnya yaitu kedua kelompok berdiri berhadapan dengan wasit berada di tengah. Lalu perwakilan kelompok melakukan suit guna menentukan kelompok yang akan memulai terlebih dahulu.
Seperti halnya namanya yakni Kuda Bisik maka inti permainan ini yaitu berusaha membisikkan sesuatu pada kelompoknya. Permainan ini dimulai dengan satu anggota dari tim yang menang harus menghampiri juri dan membisikkan nama salah satu anggota dari tim lawan mereka.
Sebaliknya, giliran tim lawan menghampiri juri dan melakukan hal yang sama, yaitu membisikkan nama salah satu anggota dari tim yang menjadi lawannya.
Namun jika salah satu anggotayang menghampiri juri adalah orang yang namanya disebut (dibisiki) ke telinga juri oleh tim lawan (Tim B), maka Tim A harus mendapatkan hukuman. Sebab, tim lawan berhasil menebak siapa orang (nama) yang akan menghampiri juri selanjutnya).
Bagi tim yang kalah maka harus dihukum dengan menggendong lawannya. Uniknya, cara menggendongnya yaitu dengan gendong kuda. Nah, tapi jika tak bisa gendong kuda, maka tim kalah harus dihukum dengan cara lain sesuai yang telah disepakati. Setelah hukuman selesai, permainan pun dilanjutkan dengan cara yang sama.
Ramadani Wahyu