Gerak Saka

Gerak Saka, Satu Jurus Seribu Aplikasi

Belum sempat tangan lelaki itu memegang tangan lelaki berbaju hitam, hanya sepersekian detik posisi giliran terbalik. Tangan lelaki berbaju hitam menangkis muka dan tangan lawan. “Tangan tuh bisa hidup sendiri. Tidak bisa disentuh,” ujar Ketua Umum Pencak Silat Gerak Saka, Yusnaedy ditemui senibudayabetawi.com, Kamis (28/1).

Itulah karakter khas Gerak Saka. Membuat tangan kita punya “nyawa” sendiri—tanpa diperintah oleh hati dan pikiran. “Namun refleks saja tak cukup. Tapi butuh “rasa”,” Guru Besar Pencak Silat Gerak Saka, Andri Dermawan menimpali.

Gerakan refleks sudah barang pasti melekat pada diri atlet beladiri seiring lamanya ia berlatih. Namun, “rasa” menurut Bang Andri merupakan tingkatan lebih tinggi setelah refleks. Dan, kemunculan “rasa” perlu dilatih melebihi latihan jurus itu sendiri.

Baca Juga: Bergerak Sesukannya di Padepokan Gerak Rasa Sanalika Kemanggisan

Nama Saka merupakan singkatan dari Sakadaekna (Bahasa Sunda) yang artinya sesukannya. Raden Muhammad Syafe’I (Bang Pe’i) telah membawa aliran ini ke Jakarta. Sebelumnya, ia belajar dari Raden Widharma berupa Silat Tasik atau Petojo Per. Bang Pe’I kemudian mengenalkan dan mengembangkan silat yang ia terima pada kawan-kawannya—Muhammad Rusli (Bang Yus) dan Muhayat (Bang Yayat) di Petojo, Jakarta Pusat. Salah satu keturunan Bang Yus yakni Bang Andri Dermawan.

Dalam Buku Maen Pukulan Pencak Silat Khas Betawi: Maen Pukulan Pencak Silat Khas Betawi karya G.J Nawi diceritakan Bang Pe’I sempat pesimis melihat sosok Raden Widharma—sepuh, postur tulang dan tubuh yang tak mencerminkan pendekar. Namun akhirnya, dari gurunya itu pula ia mendapat pelajaran bahwa maen pukulan tak melulu harus ada unsur kekerasan.

Bang Yus bisa saja menerjang dan menghabisi lawan di depannya dengan super kilat. Tanpa ampun menghajar—dengan tak melihat lawan sebagai manusia. Namun, ia memilih membuat lawan dengan posisi tubuh tak berdaya. “Jangan harap Gerak Saka akan membalas pukulan dengan bertubi-tubi. Tapi kita lebih halus, tidak menyakiti lawan. Ini yang kita ajarkan sekarang,” ujarnya.

Gerak Saka Era Baru

Tak seperti aliran silat pada umumnya yang memiliki bermacam-macam jurus, Gerak Saka hanya memiliki satu jurus pamungkas. Empat lainnya sebagai jurus pendukung. Jurus kesatu yakni Jurus Alif sebagai pertama sekaligus tempat kembalinya empat jurus lainnya.

Adapun empat jurus lainnya yaitu Jurus Mustaqim, Jurus Ikhtiar, Jurus Tawadhu, dan Jurus Silaturahmi. Kendati, Andri menyatakan dari masing-masing jurus itu memiliki aplikasi yang variatif sesuai karakter masing-masing.

“Justru di situ tantangannya, kita bisa memaksimalkan aplikasi. Tapi tetap tidak mengubah pakem atau kaidah yang ada,” kata dia.

Sejak di bawah kepengurusan Bang Andri sebagai Ketua Umum, yakni tahun 2004, terjadi pergeseran wajah Gerak Saka dari sebelumnya. Gerak Saka di bawah kepemimpinan Bang Andri lebih bersifat akademi dengan memiliki teknik dan metode yang bisa dipelajari secara sistematis. Tak seperti silat sebagai maenan keluarga. “Misalnya ada kurikulmnya juga untuk metode agar cepat refleks, cepat pada tingkatan rasa,” jelasnya.

Selain itu, Pencak Silat Gerak Saka juga telah memiliki tingkatan sabuk yang menandakan kurun waktu dan kompetensi penguasaan seorang murid. Adapun tingkatan berdasar paling rendah ke paling tinggi yakni sabuk kuning, sabuk merah, sabuk biru (ada tiga tingkatan), sabuk hitam (ada lima tingkatan), dan sabuk putih.

“Kalau silat biasanya putih yang pertama, kita justru terbalik. Putih mengingatkan kita ke kain kafan yang mungkin lebih “besar” daripada sabuk kita,” jelasnya.

Hingga saat ini perguruan ini telah memiliki sekitar 15 cabang yang ada di Jabodetabek dan Yogyakarta. Bang Andri menegaskan tiap waktu selalu ada screening terhadap pelatih yang tersebar di cabang tersebut guna memastikan pakem Gerak Saka tak berubah. admin

2 Responses

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.