Merekam Jejak Muhammadiyah di Betawi – Kiprah Muhammadiyah dalam kehidupan dan kebangsaan di Tanah Air tak perlu diragukan lagi. Seiring dengan milad Muhammadiyah ke-109 yang jatuh pada Kamis (18/11) hari ini, pergerakan organisasi ini konsisten berorientasi pada sikap dan gagasan Islam yang berkemajuan. Di Jakarta, khususnya masyarakat Betawi yang notabene berpaham Ahlusunnah Wal Jama’ah Asy-Syai’iyyah, jejak Muhammadiyah di Betawi melintang seriring dinamikanya.
Awal keberadaan Muhammadiyah di Betawi tak lepas dari kali pertama didirikannya Muhammadiyah Cabang Jakarta, tepat di miladnya ke-9 pada 18 November 1921. Menukil laman jakarta.muhammadiyah.or.id, gagasan pendirian Muhammadiyah Cabang Jakarta diinisiasi oleh KH. Ahmad Dahlan. Dalam perjalanannya ke Tanah Suci, ia menyempatkan singgah pada jam 02.00 pagi di atas jalan kereta api Tanah Tinggi, Senen, Jakarta Pusat.
KH. Ahmad Dahlan berkesempatan mengadakan kontak langsung dan memberi wejangan pada beberapa tokoh pelopor Muhammadiyah di Jakarta. Mereka adalah Soewito, Sardjono, serta Kartosudarmo. Pertemuannya di Jakarta merupakan momen bersejarah yang menjadi titik berkorbarnya para perintis Muhammadiyah di Jakarta.
Tokoh Ulama Muhammadiyah di Betawi, Prof. Agus Suradika menyatakan momentum milad Muhammadiyah hari ini sebenarnya bertepatan dengan eksistensi Muhammadiyah di tanah Betawi. “Itu dulu namanya Konsul Muhammadiyah di Betawi, tahun 1921. Kemudian baru tahun 1955 menjadi Daerah Muhammadiyah di Jakarta, dan tahun 70-an menjadi Wilayah Muhammadiyah di DKI Jakarta,” ujar ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DKI Jakarta, Prof. Dr. H. Agus Suradika kepada senibudayabetawi.com, Kamis (18/11).
Pendekatan Muhammadiyah
Sudah menjadi rahasia umum bahwa budaya Betawi dan agama tak dapat dipisahkan. Demikian tradisi-tradisi di Betawi yang banyak mendorong semangat keagamaan Islam Ahlusunnah Wal Jama’ah Asy-Syai’iyyah. Sementara, Muhammadiyah sangat berhat-hati terhadap pendekatan tradisi. Namun, seiring perkembangannya berbagai pendekatan mulai dilakukan untuk memasyarakatkan Muhammadiyah di Jakarta.
Misalnya, dalam berbagai kegiatan tabligh dan pengajian serta jalur pendidikan. Pada 1923, kali pertama Muhammadiyah Cabang Jakarta membuka sekolah Kweekschool di Gang Kenari yang diketuai oleh R. Hidajatullah. Pembangunan ini memacu daerah-daerah lain untuk melakukan hal yang sama. misalnya, dibangunnya Sekolah Algemene Middlebare School (AMS) yang berlokasi di Jl. Kramat Raya 49 di bawah pimpinan Ir. Djuanda dan Mr Maria Ulfa.
Muhammadiah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan sejak 18 November 1912. Akan tetapi, organisasi ini baru mendapat persetujuan dari pemerintahan Belanda pada 1914 dengan syarat terbatas di Kota Yogyakarta. Pada tahun 1920, izin pembukaan cabang Muhammadiyah mulai bisa dilakukan di berbagai daerah, termasuk DKI Jakarta.
Bagi masyarakat Betawi, pendirian sekolah-sekolah tersebut merupakan peluang yang bagus untuk mengembangkan pendidikannya. Keberhasilan memasyarakatakan Muhammadiyah di Jakarta juga tak lepas dari peranan para ulama. Misalnya KH. Abdul Manaf Mukhayyar yang telah membangun berdirinya Pondok Pesantren Darunnajah, sebagai salah satu pondok yang populer di Asia Tenggara.
Tak hanya itu, Prof Agus juga menegaskan jejak memasyrakatakan Muhammadiyah juga melibatkan dakwah berbasis kultural. Itu artinya, proses dakwah tetap melibatkan sisi tradisi dengan tetap memegang nilai ajaran Islam. “Muhammadiyah sendiri sudah mengubah strategi dakwahnya menjadi pendekatan kebudayaan. Sebagaimana Din Syamsudin berangkat dari pengalaman banyak mencetuskan tentang dakwah kultural. Jangankan di Betawi, di Nusa tenggara, papua daerah timur itu Muhammadiyah bisa dakwah kultural dan diterima di masyarakat”.
Apresiasi atas Kontribusi Muhammadiyah
Sementara, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dalam sambutannya mengucapkan selamat milad kepada Muhammadiyah. Pasalnya, di usianya yang ke-109 tahun, perserikatan Muhammadiyah telah mewarnai perjalanan bangsa, dan berjuang merawat Indonesia.
“Atas nama masyarakat bangsa dan Negara, saya mengucapkan selamat milad ke-109 paa perserikatan Muhammadiyah,” ujar Jokowi dalam sambutannya.
Peranan Muhammadiyah terhadap Tanah Air dalam memperkokoh umat Muslim dan sosial sangat tinggi. Termasuk kontribusinya dalam penanganan COVID-19 atau virus Corona. Sejak awal pandemi, Muhammadiyah bergerak cepat, mengerahkan seluruh potensi amal usahanya secara terorganisasi dan melakukan kerja-kerja kemanusiaan dengan tulus serta ikhlas.
Ramadani Wahyu
[…] Baca Juga: Merekam Jejak Muhammadiyah di Betawi […]
[…] Baca Juga: Merekam Jejak Muhammadiyah di Betawi […]