Senibudayabetawi.com – Karya sastra dapat memuat berbagai hal, termasuk perjalanan masa silam Nusantara semasa penjajahan kolonialisme Belanda. Sastra Hindia-Belanda merupakan semua teks ekspresif yang mempunyai keterkaitan erat dengan Hindia-Belanda. Salah satunya yaitu jejak VOC dalam karya sastra.
Van Zonneveld menyatakan hanya ada sedikit genre yang mewakili sastra bermuatan jejak VOC. Jumlah terbesar karya berbentuk catatan perjalanan.
Pada mulanya catatan tersebut berbentuk jurnal kapten kapal. Catatan yang bersifat resmi itu berkembang menjadi penggambaran perjalanan yang terkadang dibumbui ’elemen fiktif’. Inilah cikal bakal subgenre cerita perjalanan.
Selain catatan dan cerita perjalanan, kehidupan di daerah koloni juga dituangkan dalam bentuk teks lain. Misalnya mulai dari karya Nicolaus de Graaff yang menuliskan teks informatif mengenai kehidupan di Batavia pada waktu itu.
Karya itu bisa dilihat sebagai Cermin Hindia-Belanda, karya pendeta François Valentijn yang berjudul Oud en Nieuw Oost-Indiën (1724-1726). Selanjutnya karya Yang lama dan yang baru dari Hindia Timur, terdiri atas lima bagian dan tebalnya 5.144 halaman, juga memberikan informasi mengenai kehidupan di Hindia Belanda.
Alam Sebagai Inspirasi
Pada masa VOC ini, penggambaran ’alam’ belum dianggap sebagai elemen penting bagi penulis. Meski demikian, ada beberapa karya dari masa VOC ditulis seorang pegawai VOC berkebangsaan Jerman, Georgius Everhardus Rumphius.
Ia menuliskan beberapa karya terkait keindahan alam Ambon dituangkan ke dalam berbagai tulisan. Misalnya dalam D’Amboinsche Rariteitkamer (1705). Dalam karya ini dipaparkan flora dan fauna di lautan Ambon.
Willem van Hogendorp pada tahun 1779 menulis sebuah novel tendensius yang berjudul Sophronisba. Setahun kemudian terbit karya tendensius lainnya yang berjudul Kraspoekol. Dalam genre puisi dari masa VOC dikenal tradisi lofdichten yakni sajak-sajak yang mengagungkan kebesaran seseorang atau kemegahan suatu tempat.
Sajak Bermoral
Selain sajak pujian ditemukan juga berbagai sajak yang mengusung nilai-nilai moral, seperti karya Matthijs Cramer D’Indiaensche Tyfferboom (1670) berjudul Pohon Tyffer Hindia-Belanda. Pohon sejenis palem ini dapat disadap dan diolah menjadi minuman beralkohol yang sangat disukai oleh penduduk pribumi. Cramer membandingkan air sadapan pohon itu dengan air yang berasal dari Tuhan.
Melalui berbagai lagu citra positif Hindia-Belanda dibangun. Hindia Belanda digambarkan sebagai negeri yang indah tempat orang mudah meraup kekayaan.
Wie wil d’r mee naar Oost-Indië varen? … Daar kunt gij veel geld en goed vergaren, ‘Siapa ingin ikut berlayar ke Hindia-Belanda? Di sana orang mudah mengumpulkan uang dan benda berharga’. Demikian bunyi sepenggal lagu dari masa VOC.
Lagu-lagu berisi bujuk dan rayuan semacam itu didendangkan dalam berbagai kesempatan di banyak tempat, seperti di pasar, tempat-tempat minum, dan di pesta perkawinan.
[…] – Memburuknya kualitas kesehatan di Batavia sejak zaman VOC hingga pemerintah kolonial Belanda yang diikuti dengan banyaknya wabah memicu pembangunan […]
[…] – Agama Islam telah berkembang sejak masa lalu. Namun, saat masa kolonial, baik VOC maupun Hindia Belanda menurut Karel Steenbrink seperti halnya “kawan dalam pertikaian”. […]