Budaya Makan Kue Geplak khas Betawi

Budaya Makan Kue Geplak khas Betawi

Senibudayabetawi.com – Kue tradisional Betawi, kue geplak kerap hadir dalam berbagai acara kegiatan seperti lamaran hingga perkawinan. Meski tak sulit menemukannya dalam sehari-hari, tapi kue geplak khas Betawi ini menjadi hidangan paling ditunggu saat Idul Fitri .

Menurut Ridwan Saidi dalam Profil Orang Betawi, Asal Muasal, Kebudayaan dan Adat Istiadatnya (1997) orang Betawi tidak begitu menyukai makanan terlalu manis. Alhasil saat nongkrong minum kopi, kue atau jajanan pasar menjadi teman ngupi (minum kopi) dan ngete (minum teh).

Orang Betawi pun memiliki kebiasaan minum kopi yang agak kental dengan sedikit gula dan disajikan di dalam cangkir. Sementara saat minum teh mereka menyeduhnya cenderung bening, dengan sedikit rasa manis. 

Kue geplak khas Betawi memiliki rasa yang manis dan sangat nikmat bila disajikan dengan minuman panas dan memiliki kontras rasa sepert teh atau kopi pahit. Ini berfungsi untuk menyeimbangkan rasa kue geplak Betawi. 

Dalam menikmati kue geplak, sejatinya masyarakat Betawi tak mempunyai cara khusus. Namun pada penyajian kue ini dibiarkan dalam keadaan ukuran besar, utuh dan belum terpotong potong kecil kecil. Sehingga kue ini perlu dipotong.

Muasal Kue Geplak dan Filosofinya

Kue Geplak Betawi diambil dan kata Geplak yang berasal dari bahasa Betawi Arkais atau klasik atau kuno yang artinya keras. Bukan dalam artian keras secara tekstur namun karena kue geplak Betawi sudah dipadatkan dan mengeras. Oleh karenanya dapat juga dikatakan keras. 

Kata Geplak diambil dari bunyinya karena cara pembuatannya yang dipadatkan, ditekan dan dikeplak-keplak sehingga lahirnya nama Geplak. 

Filosofi kue Geplak Betawi dapat dilihat dari filosofi bahannya yakni beras yang dicampur, beras sebagai hasil bumi menunjukkan kemakmuran dari masyarakat setempat dan merupakan ukuran kebersamaan. 

Bila suatu makanan terbuat dari ketan, maka memiliki arti melekatkan silaturahmi. Tapi karena terbuat dari tepung beras maka menunjukkan keberkahan dan menyambung silaturahmi. Proses pembuatan kue geplak khas Betawi berasal dari adonan yang tadinya berserakan kemudian dirapatkan kembali, disitulah filosofi untuk menyambung silaturahmi dapat terlihat. 

Kue Geplak Betawi juga memiliki makna penyambung silaturahmi karena terbuat dari tepung beras yang dipadatkan dengan bahan bahan lokal lainnya seperti kelapa dan gula yang menjadikannya semakin otentik dan bahan bahan ini juga memiliki harga yang relatif murah. Kue Geplak Betawi pun juga disebut kue murah karena memang harganya pun yang relatif murah. 

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.