Poetri Mardika, Organisasi Perempuan Pertama di Batavia

Poetri Mardika, Organisasi Perempuan Pertama di Batavia

Senibudayabetawi.com – Jika masyarakat luas mengenal RA Kartini sebagai inspirasi tokoh perempuan Indonesia maka Batavia memiliki organisasi perempuan Poetri Mardika. Organisasi ini merupakan organisasi pertama kali di Batavia dalam menyuarakan kemajuan terhadap perempuan.

Tokoh organisasi Poetri Mardika di antaranya R.A. Theresia Saburudin, R.K. Rukmini, dan R.A. Sutinah Joyopranoto (Djoened dan Susanto, 1993)).

Dalam majalah Poetri Mardika disebutkan bahwa pada tahun 1915, Teongkoe Theresia Saburudin sebagai ketua, R.Aj. S. Djajapranata sebagai wakil, Abdulrahman sebagai komisaris. Di dalam majalah Poetri Mardika tertulis sebutan untuk Theresia Sabarudin adalah Teongkoe.

Setelah tahun 1912 jumlah perkumpulan perempuan bertambah banyak dan organisasi perempuan semakin luas orientasinya, terutama dalam menjangkau masyarakat bawah untuk mendapatkan kebebasan dalam kehidupan bermasyarakat.

Organisasi-organisasi besar pada masa itu juga mendirikan perkumpulan atau bagian khusus perempuan. Misalnya, Sarikat Islam, Muhammadiyah, dan Sarekat Ambon yang juga mempunyai kelompok pergerakan perempuan.

Miliki Keterampilan agar tak Bergantung dengan Lelaki

Rata-rata organisasi perempuan tersebut bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi perempuan agar memiliki keterampilan khusus. Mulai dari menjahit, membatik hingga merenda. Ini merupakan bekal penting agar para perempuan mempunyai kemampuan bertahan hidup tanpa selalu bergantung kepada laki-laki.

Kelahiran Poetri Mardika tak hanya mengajarkan keterampilan pada perempuan. Akan tetapi juga memperjuangkan kemerdekaan untuk para perempuan. Salah satunya diperjuangkan pula melalui media massa.

Menurut Myra M. Sidharta di dalam buku yang di tulis oleh Junaedhi (1995) bahwa surat kabar perempuan pertama adalah Tiong Hwa Wi Sien Po yang di urus oleh Lien Titie Nio. Sementara surat kabar kedua adalah Poetri Hindia yang terbit pada 1908 yang di pimpin oleh RTA Tirtokoesomoe, dan pada tahun 1912 dari Sumatra Barat menerbitkan surat kabar yang bernama Soenting Melajoe.

Manfaatkan Surat Kabar untuk Inspirasi Perempuan

Begitu pula dengan Poetri Mardika yang menerbitkan surat kabar untuk menyebarluaskan gagasan-gagasan mereka. Surat kabar Poetri Mardika di terbitkan mulai tahun 1915, dengan semboyan surat kabarnya yaitu “soerat kabar memperhatikan keadaanja pihak perempoan boemi poetra di Insulinde”.

Poetri Mardika berperan sebagai pewacana emansipasi perempuan. Organisasi ini memperkenalkan gagasannya soal emansipasi perempuan seperti persoalan pendidikan untuk perempuan.

Di dalam sebagian surat kabar ini secara jelas dituliskan bahwa Poetri Mardika membantu meningkatkan pendidikan perempuan dengan memberikan bantuan dana beasiswa pendidikan. Ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran para perempuan tentang arti pentingnya pendidikan.

Terlebih, saat itu masih sangat kurang sekolah-sekolah untuk perempuan pribumi. Di isamping itu adat maupun kebiasaan juga masih belum sepenuhnya berpihak pada perempuan. Misalnya, banyaknya praktik pernikahan usia dini hingga perkawinan paksa. 

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.