Senibudayabetawi.com – Kawasan Manggarai yang berada berdekatan dengan Jalan Sultan Agung dikenal sebagai pusat penjualan budak di Batavia pada tahun 1800-an. Nama “Manggarai” konon juga mengacu pada daerah Manggarai di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang menjadi asal mayoritas para budak belian.
Para budak tersebut didatangkan oleh Belanda yang bermula pada saat Pieterzoon Coenstraat menaklukkan Jayakarta (sebelum berubah menjadi Batavia) pada tahun 1619.
Saat Pieterzoon Coenstraat tiba di Jayakarta, kawasan Manggarai masih sangat sedikit bahkan nyaris tanpa penduduk di dalamnya.
Pasalnya, orang-orang Jawa dan Sunda yang sedianya tinggal di Jayakarta telah menghindar dan pergi ke selatan Jakarta yaitu ke Jatinegara Kaum.
Oleh karena itu, Pieterzoon Coenstraat memerintahkan bawahannya untuk mendatangkan tawanan perang dari berbagai daerah. Misalnya, mulai dari Manggarai, Bali, Bugis, Arakan, Makassar, Bima, Benggala, Malabar, dan Kepulauan Koromandel (India).
Budak Dipekerjakan
Mereka dijadikan budak untuk bekerja dalam berbagai proyek. Mulai dari pembuatan loji, benteng, jalan, dan rumah-rumah pejabat Hindia Belanda. Pusat penjualan budak perdagangan budak di Batavia terus berkembang pesat.
Selain untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja, para budak perempuan juga didatangkan untuk memenuhi nafsu bejat kaum laki-laki kolonial dan mitra bisnis mereka.
“Lelaki di Batavia (Belanda, Tionghoa, Melayu dan Arab) “membutuhkan” budak untuk kawin. Sebab wanita Belanda, Tionghoa dan Arab asli hampir tidak ada,” tulis Adolof Heuken SJ dalam Historical Sites of Jakarta.