Senibudayabetawi.com – Akrabnya hubungan masyarakat Tionghoa, terutama dengan masyarakat Tangerang memicu peleburan budaya di antara keduanya. Ini terlihat dalam festival Peh Cun sebagai pesta musim panas tahunan di Kota Tangerang. Perayaan ini sangat sakral karena mampu menghubungkan dengan para leluhur masyarakat Tionghoa.
Muasal festival ini bermula dari tutur kata bahasa hokkian, yakni Peh Liong Cun yang memiliki arti perlombaan perahu naga atau Duan Wu Jie yang dirayakan setiap tanggal 5 bulan 5 dalam kalender lunar.
Melansir jurnal yang diterbitkan di Haluan Sastra Budaya tahun 2021, menariknya khusus di Kota Tangerang, perayaan Peh Cun tak sekadar dirayakan oleh masyarakat Cina Benteng, tapi telah menjadi festival tahunan di Tangerang.
Festival Peh Cun sendiri memiliki sejarah tersendiri. Tepat pada tanggal 5 bulan 5 diyakini sebagai hari tragis bunuh dirinya seorang penasehat pada masa Dinasti Couw bernama Khut Goan (Cu Yuan). Keruntuhan yang telah diprediksi jauh sebelumnya namun tidak dihiraukan oleh kaisar hingga hal yang diprediksipun terjadi.
Muasal Festival Peh Cun
Dalam hal ini, Khut Goan (Cu Yuan) merasa sangat menyesal karena tidak dapat menyelamatkan negerihya hingga akhirnya ia mengakhiri hidupnya di hulu Sungai Bek-Lo.
Seluruh penduduk dan prajurit kerajaan mencari jasadnya namun tidak menemukannya, akhirnya penduduk melempar sebuah makanan yang terbuat dari beras dan daging (kalau kini disebut dengan bakcang). Ini dilakukan agar jasad Khut Goan (Cu Yuan) tidak dimakan hewan predator sungai tersebut. Bermula dari kisah inilah lahir perayaan Peh Cun dengan ciri khasnya yakni perlombaan perahu naga dan memakan ba’cang.
Uniknya, Ba’cang tidak hanya dikonsumsi, tapi digunakan pula dalam upacara perayaannya. Mulai dari digantung di teras rumah hingga turut dilarung di sungai dengan kepercayaan bahwa naga air tidak akan memakan jasad sang penasehat karena tersayat oleh daun bambu yang menjadi pembungkus dari ba’cang itu sendiri.
Rangkaian Festival Peh Cun
Festival Peh Cun tidak saja dikenal sebagai ajang perlombaan perahu naga saja, namun juga terdapat rangakaian upacara lain. Misalnya, seperti memandikan sebuah perahu naga yang dikeramatkan, berdoa sebelum memulai rangkaian acara. Lalu juga ada acara melemparkan ba’cang ke sungai.
Kemudian ada pula mendirikan telur, memetik tanaman obat. Ada pula mandi tepat di siang hari, dan sebagai puncak dari rangkaiannya ialah perlombaan perahu naga.
Festival Peh Cun ini juga dimeriahkan oleh barongsai dan iringan musik gambang kromong. Peserta saling berlomba memperebutkan batang bambu berdaun yang diikat dengan sapu tangan atau kain cita. Sebelum puncak acara, masyarakat mengadakan prosesi mandi ditengah hari. Tujuannya agar memperoleh rezeki berlimpah, panjang umur, dan mudah mendapatkan jodoh.