Berdagang dan Berdakwah Ala Habib Ali Kwitang

Berdagang dan Berdakwah Ala Habib Ali Kwitang

Senibudayabetawi.com – Berbagai cara dilakukan para ulama Betawi tempo dulu untuk mensyiarkan agama Islam, termasuk melalui cara unik seperti halnya Habib Ali Kwitang melalui berdagang. Ini mengingatkan kita terhadap pendekatan dakwah Nabi Muhammad yang juga berdagang.

Pemilik nama asli Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsyi ini telah berdagang sejak masa remaja di Pasar Tanah Abang tahun 1990. Namun, saat kita kerap melihat orang sibuk berdagang, Habib Ali Kwitang justru berdagang sembari tak meninggalkan kewajiban shalatnya.

Tak ayal jika ketaatan ini kemudian diikuti oleh umat Islam di Tanah Abang. Bahkan, sekitar 10 menit sebelum shalat Dhuhur, ia langsung menutup kiosnya dan menjalankan ibadah shalat.

Buku “Sumur yang tak Pernah Kering” mengisahkan bahwa usai shalat Dhuhur, Habib Ali tak langsung membuka kiosnya seperti pedagang lain. Namun, ia berdakwah dan diikuti oleh jamaah pedagang lainnya.

Saat Habib Ali berusia 20 tahun, beliau mengadakan pengajian di Pasar Tanah Abang. Lalu, di usia itu pula Habib Ali bin Abdurrahman Al Habsyi menikah dengan Hababah Aisyah Aisyah Assegaf dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Menariknya lagi, Habib Ali juga menunggang kuda sebagai kendaraan berdakwah seperti di daerah-daerah seperti Bekasi, Bojong Gede hingga Tangerang. Ia mulai melakukan dakwah keliling ini saat tak lagi berdagang dan menginjak usia 70 tahun.

Profil Habib Ali Kwitang

Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsyi lahir pada hari Minggu tanggal 20 Jumadil ‘Awal 1286 atau pada 20 April 1870 di Kampung Kwitang, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat. Beliau merupakan putra dari pasangan Al-Habib Abdurrahman Alhabsyi dengan Nyai Salmah.
Kelahiran Habib Ali bin Abdurrahman Al Habsyi merupakan kelahiran yang sangat ditunggu-tunggu kedua orang tuanya. Bagaimana tidak, karena setelah bertahun-tahun menikah, Habib Abdurrahman dan Nyai Salmah belum juga diberi keturunan.
Hingga suatu ketika Nyai Salmah bermimpi menggali sumur yang airnya melimpah ruah hingga membanjiri sekelilingnya.
Mimpi itu kemudian mereka ceritakan pada Habib Syekh bin Ahmad Bafaqih. Uniknya, mimpi tersebut merupakan tanda akan lahirnya seorang putra saleh yang ilmunya melimpah ruah.
Namun sayangnya ayah Habib Ali tak berumur panjang dan berpulang saat usia putranya masih 10 tahun. Sementara Habib Ali tutup usia ke 98 tahun pada Minggu 20 Rajab 1388 bertepatan dengan 13 Oktober 1968.

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.