Beginilah Masyarakat Betawi Tempo Dulu Menyambut Lebaran

Masjid di Betawi Abad ke XVII hingga XVIII

Senibudayabetawi.com – Para penyebar agama Islam di Nusantara tak sekadar menerapkan syiar dakwah. Namun, mereka juga membangun masjid-masjid, termasuk di Betawi. Seperti halnya masjid di Betawi abad ke XVII hingga XVIII.

Dalam catatan pendeta Thornton yang ditulis oleh Heuken SJ, bahwa tahun 1678 di Jakarta ada tiga masjid yang berkaitan dengan bangsa Moor penyebar agama Islam di abad XVII. Bangsa Moor merupakan istilah yang merujuk pada pedagang Islam dari Koja (India). Tiga masjid tersebut yakni masjid Luar Batang (1738), Pekojan (1760), serta Kebon Jeruk (1786).

Setelah pembangunan tiga masjid ini, kemudian pembangunan masjid secara masif dilakukan di berbagai daerah di Batavia. Orang-orang Arab yang kebanyakan berasal dari Gujarat mulai menetap pada abad ke XVII dan XVIII. Berikut kami rangkum berbagai masjid yang didirikan pada abad ke XVII hingga XVIII.

1. Masjid Al-Ansor
Masjid ini berlokasi di Jalan Pengukiran II kelurahan Pekojan Glodok Jakarta Kota, yang didirikan pada tahun 1648 atau abad XVII. Pada awalnya masjid ini hanya berupa mushola, tapi masjid ini salah satu masjid tertua.

2. Mesjid al-Alam Cilincing
Didirikan oleh Sunan Gunung Jati pada abad ke XVI, masjid ini terkait erat dengan penyerbuan Fatahillah ke Sundakelapa. Selain sebagai tempat sholat, masjid ini juga tempat musyawarah ketika pasukan Mataram akan menyerang Batavia.

3. Masjid Al Alam di Marunda
Masjid yang terletak di Kampung Marunda Besar ini masuk dalam Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Didirikan oleh Fatahillah, masjid ini didirikan tepat saat ia dan pasukannya menyerang bangsa Portugis.

Masjid ini dijadikan sebagai tempat pengatur siasat perang yang dilakukan oleh pasukan Mataram ketika melakukan penyerbuan ke Batavia.

4. Masjid al-Mansyur

Berlokasi di Jalan Sawah Lio II No. 33 yang ada di Kampung Jembatan Lima, dibangun pada tahun 1717 (abad XVIII)

5. Masjid Luar Batang

Masjid Luar Batang Masjid ini terletak di sebelah utara tembok kota lama. Pada pertengahan abad ke XVII, masjid tersebut diurug, dan baru boleh dihuni sejak tahun 1730 oleh orang Jawa dari Cirebon.

6. Masjid Jamian-Nawier

Biasa disebut sebagai Masjid Jami’ Pekojan di Batavia. Masjid ini didirikan oleh Pangeran Dahlan, dikenal sebagai ulama yang sangat disegani pada masanya. Masjid ini dikenal sebagai tempat berkumpulnya para pejuang, yang dikomandani oleh Dahlan.

7. Masjid Angke Al-Anwar

Sekilas masjid ini hanya merupakan sebuah surau kampung, namun termasuk dalam katagori benda cagar budaya, yang dilindungi oleh Undang-Undang Monumen Ordonantie stbl No. 238 tahun 1931, dan diperkuat oleh SK Gubernur DKI Jakarta tanggal 10 Januari 1972.

    Masjid Angke Al Anwar, didirikan tanggal 2 April 1761 atau Hari Kamis 26 Sya’ban 1174, tidak lepas dari peran serta Fatahillah dan Tubagus Angke.

    8. Masjid Kebon Jeruk

    Dibangun pada abad XVIII dan berhubungan dengan orangorang Tionghoa yang menganut agama Islam.

    9. Masjid Krukut

    Masjid ini dibangun pada tahun 1785, dan pernah dipugar pada abad XIX dan XX.

    10. Masjid Tambora

    Masjid yang dibangun pada pertengahan abad ke XVIII ini adalah masjid Tambora. Terletak di Jalan Tambora IV yang dahulu disebut Jalan Blandongan. Menurut Heuken SJ, masjid ini dibangun oleh Tionghoa Muslim (ibid hal. 76). h).

      11. Masjid As-Salafiah
      Berlokasi di Jatinegara Kaum, Pulogadung Jakarta Timur. Ketika Jan Pieter Zoon Coen, membumihanguskan keraton, masjid, dan rumah-rumah penduduk. Pangeran Jaketra dan pengikutnya hijrah ke Jatinegara Kaum, ia membangun sebuah masjid As-Salafiah.

      Daerah tersebut mengambil nama kaum, karena dihuni oleh kaum-kaum ningrat terutama dari kasultanan Banten. Pangeran Jaketra menjadikan masjid sebagai tempat bergerilya dan menyusun kekuatan untuk melawan Belanda.

      Leave a Reply

      SEKRETARIAT REDAKSI

      Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.