Senibudayabetawi.com – Selain mencari rempah-rempah, orang-orang Eropa yang datang ke Indonesia juga kerap menyebarkan agama Kristen. Sesuai semboyan pemerintah Portugis, yakni “gold, gospel and glory” yang artinya mencari emas, kekuasaan dan menyebarkan agama Kristen. Namun, siapa sangka berawal dari misi inilah muasal pembangunan perpustakaan pertama di Indonesia.
Nurhadi dalam Sejarah Perpustakaan dan Perkembangannya di Indonesia (1983) menyatakan penyebaran agama Kristen diikuti dengan pembangunan fisik berupa Gedung gereja dan menyediakan berbagai buku keagamaan. Pada awalnya, karena keterbatasan buku maka tak untuk dipinjam umat, tapi sekadar dibaca. Buku-buku ini hanya sebagai pendukung berorientasi pada pengajaran.
Namun, seiring perkembangannya perpustakaan mulai dibangun pada zaman Hindia Belanda yakni perpustakaan gereja di Batavia (Jakarta). Berdiri tahun 1624, perpustakaan gereja baru diresmikan pada 27 April 1643. Perpustakaan ini merupakan perpustakaan tertua yang didirikan oleh Belanda dalam memperkuat upaya penjajahannya di Indonesia.
Awalnya, perpustakaan gereja Batavia (Jakarta) hanya meminjamkan buku khusus perawat rumah sakit Batavia. Kemudian peminjaman buku diperluas hingga ke Semarang dan Juana (Jawa Tengah). Akan tetapi, lambat laun aktivitas perpusatakaan gereja Batavia tak terdengar.
Berdirinya Perpustakaan Khusus di Batavia
Lebih dari 100 tahun kemudian, berdirilah perpustakaan khusus di Batavia Bernama “Bataviaasche Genootschap Van Kunstenen en Wetenschappen (BGKW)” pada 24 April 1778. Perpustakaan yang diprakarsai oleh Mr. J.C.M Rademaker (Dewan Hindia Belanda).
Berdirinya perpusatakaan ini atas sumbangan dari para dermawan hingga tahun 1844. Selanjutnya pada tahun 1846 perpustakaan ini mengeluarkan katalog buku pertama di Indonesia berjudul “Bibliotecae Artiumcientiaerumquae Batavia Floret Catalogue Systematicus. Adapun koleksi perpustakaan ini berasal dati Lembaga penelitian penerbiatan ilmiah di Belanda.
Beberapa ragam koleksi perpustakaan ini yakni Etnologi, Antropologi hingga Arkeologi. Berkat prestasinya yang baik dalam meningkatkan ilmu dan kebudayaan maka Namanya ditambah menjadi Koninklijk Bataviaasch Genootschap Van Kunstenenen Wetenschappen.
Nama Lembaga ini berubah tepatnya pada tahun 1950 menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia. Lalu, pada 1962, Lembaga ini resmi diserahkan pada pemerintah Republik Indonesia dan Namanya berubah menjadi Museum Pusat. Koleksi perpustakaan menjadi bagian dari Museum Pusat dan dikenal dengan nama Perpustakaan Museum Pusat.
Perkembangan selanjutnya berubah menjadi Museum Nasional, sementara bagian perpustakaannya dikenal sebagai Perpustakaan Museum Nasional. Selanjutnya, pada 1980 perpustakaan ini dilebur ke pusat pembinaan perpustakan. Perubahan lagi terjadi pada tahun 1989 tatkala pusat pembinaan perpustakaan dilebur sebagai bagian dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.