Pengelompokan Pemukiman Etnis di Residensi Batavia

Pengelompokan Pemukiman Etnis di Residensi Batavia

Senibudayabetawi.com – Sekitar abad 18 perkembangan kota di Indonesia mengalami babak baru. Hal ini atas prakarsa Gubernur Jendral Jan Pieterszoon Coen yang ingin membangun tiruan kota Belanda lama dalam bentuk Batavia. Bahkan awal peralihan dasawarsa terakhir abad 19, pembaharuan administrasi pemerintah di Residensi Batavia telah menyebabkan konsep pengelompokan pemukiman penduduk etnis atas dasar ras.

Tak hanya berkeinginan mengisi kota Batavia dengan warga Belanda, ia berambisi memindahkan karakter dan budaya borjuis Belanda ke Indonesa.

Ya, sejak awal pembentukannya, Batavia dijadikan pusat penguasa kolonial di Indonesia, konfigurasi penduduk besata wilayah pemukimannya sudah berkiblat pada bentuk kemajemukan. 

Kebijaksanaan kolonial menetapkan bahwa wilayah wlayah tertentu dipakai untuk pemukiman penduduk dari asal daerah kelompok etnis tatentu.

Pengaturan wilayah dengan kelompok pemukimannya ini dilakukan melalui kepala kepala kelompok suku bangsa yang diangkat oleh Pemerintah Kolonial. Mereka diberi jabatan sebagai Kommandant, Luitnant, Kapiten atau Majoor.

Tak ayal terlihat jelas bahwa pola pemerintahan secara tidak langsung berasal dari VOC d Hindia Belanda yang dalam administrasi Binnenlands Bestuur dianut pelapisan antara Europees Bestuur dan Inlands Besuur.

Pengelompokan Pemukiman Penduduk di Residensi Batavia

Pada awal peralihan dasawarsa terakhir abad 19, pembaharuan administrasi pemerintah di Residensi Batavia telah menyebabkan konsep pengelompokan pemukiman penduduk etnis atas dasar ras.

Tata pemukiman penduduk kota pada abad 19 di Jawa menunjukkan secara jelas adanya bermacam macam golongan masyarakat kolonial yang ada di Residensi Batavia 

Pertama, di bagian kota tertentu terdapat kompleks rumah tembok (loji) berhalaman luas dengan tangan beratap tinggi. Ini adalah pemukiman golongan Eropa atau golongan elit pribumi. 

Kedua yakni daerah Pecinan umumnya merupakan kelompok bangunan padat penduduk dan rapat satu sama lain. Ciri khas bangunan ini yakni  rumahnya beratapkan pelana lengkung, bagian muka rumah dipakai untuk berjualan.

Gaya bangunan yang seragam dari para penduduk Cina cenderung mendekati gaya bangunan Belanda. Hal ini terlihat bahwa ada kompleks Pecinan di dekat pasar kota di tepi jalan raya. 

Berikutnya adalah tempat tinggal khusus golongan pribumi. Ciri khas rumahnya biasanya beratap pelana (kampung) dari ijuk, dam rumbia (dadhuk).

Biasanya rumah bangsa pribumi sangat kontras dengan tempat pemukiman suku-suku lainnya, baik dilihat dari kualitas bahan bangunan, sanitasi maupun lingkungannya. 

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.