Senibudayabetawi.com – Terbentuknya muasal Pasarsenen sebagai sebuah kawasan elit di perkotaan, bukan merupakan proses instan. Saat VOC berkuasa, daerah ini merupakan hutan belantara yang belum terjamah. Namun, kawasan ini lambat laun berkembang pesat.
Tahun 1735, Cornelis Chastelein membeli tanah yang berupa hutan belantara tersebut untuk dikembangkan menjadi kawasan perdagangan. Awalnya, kawasan ini bernama Vinck Passer yang merujuk nama arsiteknya.
Kondisi Vinck Passer terbilang cukup ramai, sebab dalam komposisinya didominasi orang-orang Tionghoa. Meskipun tidak ada data pasti yang menyebutkan berapa totalnya, tetapi pasar itu kemudian dikenal dengan nama Passer Snees (Pasar Cina dalam Bahasa Indonesia).
Dalam Pasarsenen dari Pasar Menjadi Kawasan Elit, pasar yang dikelola oleh Cornelis Chastelein mendapatkan jadwal untuk beroperasional pada hari Senin. Itulah kenapa pasar itu kemudian berganti nama menjadi Pasar Senin atau dalam ejaan masyarakat Batavia menjadi Pasarsenen.
Pada tahun 1740, Pasarsenen menjadi banyak didominasi oleh orang-orang Tionghoa, terlebih pada saat pembantaian yang dilakukan oleh VOC di Muara Angke, banyak orang-orang Tionghoa. Selanjutnya mereka mengungsi ke luar tembok Batavia seperti Mesteer Cornelis dan Pasarsenen
Pasarsenen semakin ramai pada tahun 1766. Ini karena pasca pembantaian orang-orang Tionghoa dan mulai ramainya pendatang dari luar Batavia.
Mereka berdatangan banyak membawa komoditas barang. Dalam transaksi, mereka menggunakan mata uang berupa ringgit.
Dinamika Pasarsenen Selama Masa Penjajahan
Seiring perkembangannya, VOC mulai menampakkan kemundurannya dalam mengelola negara. Sehingga pada tahun 1799, kedudukannya di Hindia Timur digantikan oleh Hindia Belanda.
Setelah pergantian kekuasaan, pusat pemerintahan tetap berada di Batavia dan mengutus Daendles untuk memimpin Hindia Belanda pada tahun 1808.
Saat berada pada masa penjajahan, baik Hindia Belanda maupun Jepang, Pasarsenen mengalami dinamika yang sangat kompleks sebagai kawasan yang terbuka dan menjelang akhir abad ke-19 sampai dekade ketiga abad ke-20. Utamanya Kawasan ini menunjukkan
kemegahannya seperti kota-kota modern yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang untuk berbagai kegiatan.
Perkembangan Pasarsenen semakin pesat, terlebih saat VOC digantikan oleh Hindia Belanda, daerah ini menjadi onderdistrict yang meliputi Kwitang, Pasarsenen, Tanah Tinggi, Kramat dan Cempaka Putih.
Kemajuan Pasarsenen terlihat saat Pemerintah Hindia Belanda menata kawasan ini dengan adanya stasiun kereta api, bioskop dan sarana pendidikan.