Dikembangkan Para Cukong, Beginilah Transformasi Tari Cokek

Dikembangkan Para Cukong, Beginilah Transformasi Tari Cokek

Senibudayabetawi.comTari Cokek pada zaman dahulu dikembangkan oleh tuan-tuan tanah Tionghoa kaya yang disebut cukong. Mereka tak sekadar menari tapi bernyanyi dan melayani para tamu. Namun, seiring perkembangannya, tari Betawi yang dipengaruhi tradisi Tiongkok ini menjadi seni budaya seiring nilai dalam masyarakat.

Dalam hal ini cukong juga membina Gambang Kromong. Cukong menghidupi seniman Gambang Kromong hingga para penari Cokek atau yang kerap disebut sebagai Wayang Cokek. Bahkan sebelum perang dunia ke-2 tak sedikit pula cukong yang memberikan fasilitas perumahan.

Tari Cokek saat ini tidak lagi ditampilkan layaknya zaman dahulu. Ini karena adanya perubahan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat dari waktu ke waktu. Beberapa orang beranggapan bahwa tari Cokek tempo dulu lebih kental akan pertunjukan yang berbau prostitusi.

Setelah Indonesia merdeka, pertunjukan tari Cokek hanya berkembang tepatnya di wilayah pinggiran sebelum akhirnya eksistensinya meredup. Bahkan, tak pernah lagi ditampilkan.

Transformasi Tari Cokek

Hingga pada pemerintahan Ali Sadikin sekitar tahun 1970-an sebagai gubernur DKI Jakarta berupaya agar seluruh seni dan budaya masyarakat Betawi dilakukan pelestarian kembali agar tak punah, tak terkecuali tari Cokek. Meski sempat bermunculan protes, tari Cokek tetap berterima dengan berbagai transformasi baik dalam pakaian, gerak, hingga jauh dari budaya prostitusi.

Pada transformasi ini, para penari Cokek cukup hanya melakukan tarian tanpa bernyanyi hingga melayani tamu seperti tradisi tempo dulu.

Pertunjukkan Tari Cokek dari Panggung ke Panggung

Selanjutnya pertunjukkan tari Cokek ditampilkan secara berkala dari panggung ke panggung. Dengan cara ini pula citra tari Cokek perlahan mulai positif dalam masyarakat.

Tari Cokek saat ini kerap kali diiringi dengan musik iringan Sirih Kuning dan gerak yang telah direkonstruksi lebih dulu.

Dalam Fenomena Tari Cokek, tari Cokek dengan kemasan tersebut mampu menginspirasi para penata tari untuk menghasilkan berbagai tari kreasi baru Betawi yang cenderung lebih lincah, dinamis, dan diminati masyarakat.

Pasalnya, gerakannya lebih bebas, sehingga tidak membatasi penata tari dalam berkesplorasi. Dapat dikatakan pula berbagai tari kreasi baru Betawi yang berpijak pada tari Cokek lebih dekat dengan selera masyarakat. Mulai dari tari Lenggang Nyai hingga Nyai Kembang.

Dengan demikian hal positif dirasakan nyata oleh masyarakat, khususnya bagi para penata tari bahwa tari Cokek dapat dijadikan sebagai pijakan dalam berkarya.

Namun, ini juga berdampak yakni ketidaktahuan sebagian besar masyarakat bahwa tari Cokek sebagai salah satu tari tradisi Betawi yang tak lepas dari budaya bangsa Tionghoa.

Ya, Sebagian besar masyarakat lebih mengenal tari Lenggang Nyai sebagai bentuk tari Betawi yang berdiri sendiri, bukan yang bermula dari tari Cokek. Bahkan orang keturunan Tionghoa saat ini kerap tak mengenal bahwa tari Cokek dipengaruhi oleh budaya Tiongkok.

Ramadani Wahyu

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.