Senibudayabetawi.com – Kemunculan musik Gambang Kromong seiring dengan perkembangan masyarakat Betawi di Jakarta. Bagaimanapun produk akulturasi budaya Cina dan bumiputra ini membentuk musik Gambang Kromong beradaptasi dengan perubahan dan berkembang hingga sekarang.
Menurut Poan Kian Sioe, musik Gambang Kromong merupakan perpaduan antara ensambel musik Yang Khim (orang Cina) dengan peralatan musik tradisional bumiputra. Diketahui ensambel Yang Kim dimainkan dengan mempergunakan alat musik Yang Khim, Sukong, Hosiang, Thehian, Kongahian, Sambian, Suling, Pan (sejenis Kecrek), dan Ningnong. Perpaduan itu menghilangkan alat musik Yang Kim yang digantikan dengan alat musik Gambang, serta alat musik Sambian dan Hosiang tidak dipergunakan lagi.
Tahun 1880, seorang pemusik bernama Tan Wangwe dengan pengesahan pemimpin (Bek) orang Cina di kawasan Pasar Senen yang bernama Teng Tjoe melengkapi musik Gambang Kromong dengan instrumen Kromong, Gendang, Kempul dan Gong. Bahkan mereka membawakan lagu populer Sunda. Namun, lambat laun musik Gambang Kromong yang berkembang dalam masyarakat Betawi di Jakarta disajikan menurut pesanan dalam masyarakat.
Musik Gambang Kromong yang berada dalam masyarakat Betawi merupakan hasil dari perpaduan beberapa kebudayaan yang saling mengadakan interaksi hingga mengalami akulturasi. Ini terlihat dari beberapa instrumen yang digunakan dalam ensambel tersebut. Misalnya instrumen gesek dan tiup dari Cina. Selanjutnya terdapat pula gendang dari Sunda, dan instrumen gambang, kromong, kempul, kecrek, serta gong dari Jawa.
Demikian pula warna musik yang dari Gambang Kromong merupakan hasil asimilasi dari tangga nada pentatonis dan diatonis. Musik ini dalam meregenerasikan para penerusnya dengan cara transmisi dari para senior kepada para juniornya. Ini karena musik ini tergolong jenis musik yang non literate (tidak mempunyai sistem penotasian).
Dinamika Musik Gambang Kromong
Perkembangan selanjutnya dinamika musik Gambang Kromong dalam masyarakat Betawi demikian pesat banyak dipengaruhi oleh beberapa bentuk musik. Mulai dari pop, dangdut, hingga keroncong. Masyarakat pendukung yang mengapresiasi bentuk musik tersebut menginginkan musik Gambang Kromong dapat mentransfromasikannya kedalam repertoarnya. Alhasil, lagu-lagu yang dialihkan dari musik populer membuat suatu perubahan dalam segi instrumentasinya, terutama alat-alat musik yang dipergunakan.
Pergeseran nuansa dalam musik Gambang Kromong ini dipengaruhi oleh adanya faktor komersial sehingga menjadikannya seolah menyesuaikan perkembangan zaman. Penambahan yang terjadi di dalam sebuah repertoar musik Gambang Kromong memberikan perbedaan dari orisinalitas musik tersebut.
Ini terbukti, lagu-lagu tradisi seperti Cente Manis, Kramat Karem, Balo-balo, Sirih Kuning, Jalijali, semakin tergusur keberadaannya dengan dimasukkannya beberapa repertoar lagu dangdut, pop, dan keroncong. Demikian volume penyajian lagu-lagu tradisional ini kian menyusut.
Ramadani Wahyu
[…] – Dipertunjukkan dengan iringan gambang kromong lekat dengan gaya lenong. Itulah ciri khas wayang golek lenong Betawi. Memang, secara sekilas, […]