Pemukiman Asli Masyarakat Betawi Condet Tempo Dulu

Pemukiman Asli Masyarakat Betawi Condet Tempo Dulu

Senibudayabetawi.com – Dibandingkan dengan kawasan bagian Betawi lainnya,  secara geografis Condet memiliki karakteristik tersendiri yang istimewa. Tak ayal ini membuat pola pemukiman masyarakatnya pun juga terkesan unik. Nah, bagaimana sih uniknya pemukiman asli masyarakat Betawi Condet?

Secara umum wilayah Condet sejak tempo dulu didominasi oleh lahan kebun dan rumah. Meski hal ini juga ada di kawasan Betawi lain, tapi keberadaan sungai Ciliwung berdampak signifikan. Ya, sungai Ciliwung telah menghubungkan sunda kelapa sebagai pelabuhan dengan bagian wilayah lain di Jakarta. 

Pada pemerintahan zaman Belanda, sungai Ciliwung digunakan sebagai jalur perdagangan yang ada di Jakarta. Sebab, sungai ini menjadi jalur transportasi perahu-perahu yang mengangkut buah-buahan dari Condet ke wilayah lain.

Tempo dulu, Balekambang di Condet merupakan pusat dari sejarah Condet. Itulah kenapa keberadaan Condet menjadi bagian penting dari garis perkembangan historis kota Jakarta. Tak ayal jika Condet menjadi suatu wilayah Jakarta yang memiliki peninggalan sejarah penting dan perlu didukung kelestarian lingkungannya.

Kawasan Condet Kaya Vegetasi

Kawasan Condet didominasi dengan berbagai vegetasi khususnya tanaman buah-buahan yang berusia puluhan hingga ratusan tahun. Selain itu, masih banyak pula masyarakat Condet yang kegiatan ekonominya berdasarkan pada kegiatan berkebun buah-buahan yang dipasarkan pada masyarakat urban.

Lokasi bagian dalam Condet memiliki pola perkampungan yang terpencar karena rumah-rumahnya dibangun di tengah kebuh buah atau bidang lahan kering. Umumnya, penduduk asli di daerah sini memiliki lahan darat yang luas dan masing-masing rumah mereka berdiri di atasnya.

Meski pada perkampungan tradisional Betawi di kawasan hinterland pemilik lahan bersifat individu, tapi mereka hanya menggunakan pembatas berupa pohon-pohon seperti petai cina, jarak hingga secang.

Khusus untuk pemilihan pohon ini berdasarkan kemudahan tumbuh dan awetnya, tapi bukan jenis pohon yang menghasilkan buah-buahan. Ini untuk menghindari terjadinya sengketa mengenai buah-buahan dengan tetangga pemilik kebun di sebelahnya.

Layaknya lahan kebun, halaman rumah penduduk Condet juga tidak dibatasi dengan pagar. Sebagai gantinya mereka menciptakan pagar halaman pada bagian depan rumah-rumah tradisional Betawi dari bambu atau kayu. Sehingga pandangan dari luar rumah tidak tembus ke dalam rumah.

Pewarisan Tanah

Di atas sebidang lahan, pada umumnya tapak rumah terpisah dari kebun. Namun demikian, tapak rumah pada umumnya ditanami pohon buah-buahan juga. Di atas tapak rumah ini terjadi kemungkinan berdiri beberapa rumah tinggal. Ini karena adanya pewarisan atau jual beli atas sebagian dari bidang lahan pemilik semula.

Namun demikian, di perkampungan tradisional Betawi hinterland, terdapat suatu kebiasaan unik. Jika anak pemilik lahan atau bangunan telah menikah dan belum mampu membuat rumah, maka orangtua akan memberikan bagian-bagian dari rumahnya. Misalnya paseban atau rumah dapur dengan cara membongkarnya dan dipindahkan ke tempat lain. Ini memicu terjadinya proses fragmentasi dan pemadatan pemilikan lahan pada permukiman tradisional Betawi. 

Ramadani Wahyu

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.