Tradisi Lokal dalam Budaya Makan Masyarakat Betawi Tempo Dulu

Tradisi Lokal dalam Budaya Makan Masyarakat Betawi Tempo Dulu

Senibudayabetawi.com – Masyarakat Betawi tahu betul bagaimana mengekspresikan kebudayaan lokal, termasuk dalam hal budaya makan. Ya, masyarakat Betawi tak sekadar menganggap kegiatan makan untuk tujuan mengisi perut. Namun, budaya makan masyarakat Betawi memuat berbagai nilai kekeluargaan dan tradisi yang kental.

Dalam masyarakat Betawi terdapat budaya makan yang berhubungan erat dengan kebiasaan makan, yaitu nyarap, makan siang, dan makan besar (makan malam). Kebiasaan nyarap misalnya, berlangsung pada pagi hari. Kemudian makan siang biasanya berlangsung antara pukuI 12.30 sampai 13.30.

Adapun hidangan saat nyarap lebih sederhana, biasanya hanya kopi atau teh dan makanan kecil seperti kue-kue tradisional dan ketan urap. Sementara menu makan siang, komposisi hidangannya lebih lengkap, terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur mayur, dan kerap dilengkapi dengan emping atau perkedel.

Istimewanya, saat tradisi makan besar semua anggota keluarga sudah berkumpul dirumah. Hidangan yang disajikan pada saat makan besar terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur mayur, ditambah hidangan pelengkap.

Kadangkala masyarakat Betawi Asli menghidangkan makanan makan besar di bale atau di lantai yang diberi alas. Selain karena jumlah anggota keluarga yang cukup besar, menghidangkan makan di bale atau di lantai (lesehan)terasa lebih akrab.

Uniknya, seluruh keluarga ngeriung (berkumpul) di tempat makan itu. Apabila mampu, mereka juga menyediakan hidangan pencuci mulut, misalnya kolak atau setup atau bagi orang tua kadangkala sambil ngupi.

Sebagai pelengkap makan, keluarga masyarakat Betawi biasanya menggunakan alat -alat makan selain piring, sendok dan garpu, tetapi tak jarang juga ditemukan beberapa jenis makanan yang lebih cocok dimakan tanpa alat makan baik sendok maupun garpu. Sehingga penting untuk menyediakan tempat cuci tangan atau centangan.

Mitos Budaya Makan Masyarakat Betawi

Menariknya, masyarakat Betawi tempo dulu juga mempercayai beberapa mitos sebagai pantangan saat makan diantaranya, piring tidak boleh ditampa karena dianggap dapat mempersulit kedatangan rejeki. Selain itu juga tidak dibenarkan makan nyiplak atau mengunyah makanan dengan menimbulkan bunyi-bunyian mulut yang bergemerisik. Masyarakat Betawi juga tak boleh makan seperti kucing dengan mengendus makanan hingga tak boleh nyeruput kuah sayur langsung dari tempat sayur.

Mereka juga menjaga agar tak melakukan hal yang tak sopan, seperti betahak atau sendawa dikala makan, kentut saat makan hingga makan sekenyang-kenyangnya sehingga kemelekeren.

Perkembangan zaman pun merubah budaya makan masyarakat termasuk masyarakat Betawi Modern pada saat ini. Mobilitas yang cukup tinggi akhirnya membuat orang lupa untuk “nyarap”. Bahkan saat ini sering ditemukan orang makan sambil berjalan. Padahal kebiasaan ini merupakan hal tabu pada masyarakat Betawi pada tempo dulu.

Perubahan terjadi juga pada gaya hidup masyarakat. Apabila di zaman dahulu makan berfungsi sebagai sarana untuk mengakrabkan keluarga, maka sekarang makan menjadi cara mencari kesenangan atau relaxing bersama relasi. Bahkan, saat ini makan menjadi sebuah budaya dalam menunjukkan level sosial ekonomi dalam masyarakat.

Ramadani Wahyu

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.