Senibudayabetawi.com – Betawi memiliki segudang jenis tarian, termasuk tari Nandak Ganjen yang kerap ditampilkan dalam berbagai acara kebudayaan. Nandak berarti menari, sedangkan Ganjen berarti genit dan lincah. Tari ini merepresentasikan tentang anak yang menginjak remaja, ceria, gembira dan menuntut kebebasan. Yuk, kita ulas bersama tari Nandak Ganjen Betawi.
Pertama kali Nandak Ganjen diciptakan oleh seniman Betawi yang juga putra asli Betawi bernama Sukirman. Lelaki yang akrab disapa Bang Ntong ini ternyata telah malang melintang dalam kesenian Gambang Kromong dan Topeng Betawi sejak 1970.
Melansir Dinas Kebudayaan Jakarta, Bang Ntong menyatakan tari Nandak Ganjen Betawi yang diciptakan tahun 2000 merupakan tarian kreasi yang menceritakan seorang gadis belia. Dalam proses pencarian jati diri menuju dewasa ini mulai tampak kecerian remaja. Ini juga diikuti dengan kecentilan dan berujung pada kekonyolan lucu. Sehingga ini membuat siapa saja akan tersenyum melihatnya.
Kecentilan dan kegenitan ini diterjemahkan Bang Ntong dalam gerak tari. Ini terlihat dari berbagai gerakan. Misalnya, mulai dari wala para penari keluar dari belakang panggung sampai gerak kaki, tangan, maupun putara-putaran kecil yang mereka lakukan. Bang Ntong mencoba memadukannya dengan hentakan musik Gambang Kromong yang riang.
Kostum Tari Nandak Ganjen
Adapun untuk kostum para penari sepintas terlihat ceria. Ini karena berbagai warna yang ada di dalam kostum, seperti kuning, hijau, merah, warna emas, serta warna hijau pastel, nan teduh.
Busana yang dikenakan para penari Nandak Ganjen mengambil bentuk busana kebaya Topeng Betawi yang dipadukan dengan toka-toka (penutup dada) teratai, Ampreng (penutup bagian pinggang depan kebawah), Andong (penutup bagian pinggang belakang kebawah), dan selendang. Untuk aksesoris kepala digunakan kreasi berbentuk sumpit-sumpit berwarna keemasan yang terinspirasi dari akulturasi budaya Betawi dan Tionghoa.
Menurut Bang Ntong, Tari Nandak Ganjen jika dibawakan oleh penari dewasa maka si penari akan melakukan tarian tersebut sambil bernyanyi. Sehingga dalam tari Nandak Ganjen selain olah gerak tubuh maka seorang penari juga dituntut untuk bisa melakukan olah nafas yang baik agar suara yang dikeluarkan untuk menyanyi nantinya akan terdengar keras, utuh, serta bulat.
Tari Nandak Ganjen merupakan tari kreasi baru yang diciptakan oleh Entong Sukirman dan Atien Kisam. Nandak artinya menari, Ganjen artinya genit. Tari ini diambil dari pola gerak dasar gabungan topeng dan cokek. Itu dapat terlihat dari iringan musiknya.
Tari ini menggambarkan suasana pertumbuhan dan pergaulan gadis muda Betawi, yang lincah, centil, genit, meriah, dan gembira tetapi tetap berpegang pada tradisi kesopansantunan. Tari ini menegaskan bahwa siklus hidup manusia khususnya perempuan Betawi tidak datar tetapi penuh dengan dinamika, baik dinamika internal dalam dirinya maupun dinamika yang ada pada lingkungannya. Dengan demikian perempuan Betawi tidak menjadi perempuan yang muram durja didalam menjalani kodratnya sebagai perempuan.
Ramadani Wahyu