Senibudayabetawi.com ā Jauh sebelum berkembang seperti sekarang, keberadaan Pasar Petojo Enclek sejak pemerintah kolonial memiliki peran penting dalam kebudayaan Betawi. Pasar ini tak sekadar sebagai sarana mempertemukan pedagang dan pembeli untuk bertransaksi. Namun, sekitar tahun 1960-1970-an, bagian tengah Pasar Petojo Enclek digunakan sebagai tempat pementasan seni Betawi seperti tari-tarian.
Sejak tahun 1926-1927, pasar-pasar tradisional di Jakarta dibangun menggunakan teknologi beton. Ini karena imbas kebijaksanaan otonomi daerah yang tertuang dalam Stad Gemeente Ordonantie tahun 1926.
Bangunan Pasar Tradisional Petojo Enclek: Penerapan Sistem Teknologi Sebagai Bukti Perbaikan Kualitas Hidup dan Perubahan Lingkungan di Batavia Abad Ke-20 ā 21, pasar ini pernah dijadikan tempat aduan anjing.
Selanjutnya pada tahun 1960-1970an pasar ini menjadi tempat pementasan tradisi Betawi. Lalu, Kotapraja Batavia (pada waktu itu) membangun 37 pasar yang disebut Pasar Gemeente.
Situs Pasar Petojo Enclek menyerupai huruf āUā. Struktur bangunan pasar tersebut sepenuhnya terbuat dari beton bertulang. Bangunan Pasar Petojo Enclek adalah bangunan pasar yang tidak memiliki dinding dan hanya ditopang oleh tiang-tiang beton.
Atap bangunan Pasar Petojo Enclek berbentuk perisai dan di beberapa titik kini ditumbuhi rerumputan. Atap bangunan Situs Pasar Petojo Enclek terbuat dari beton yang dibuat dengan pola berundak terdiri dari 15 undakan hingga ke bagian bubungan atap.
Pada tahun 1942 daerah Petojo sudah semakin padat. Di sekitar lingkungan Pasar Petojo Enclek, yang merupakan sentra sarana kebutuhan masyarakat. Kawasan ini mulai penuh dengan perumahan penduduk, toko, jalan raya yang saling terhubung dan bangunan penting lainnya.
Tidak jauh dari Petojo, yaitu tempat Pos Jaga Monyet, dahulu pernah terjadi pertempuran antara pasukan Jepang dan Belanda. Peperangan tersebut mengakibatkan rencana pembangunan fasilitas lainnya di sekitar Petojo menjadi terhambat.
Aktivitas di Pasar Petojo Enclek
Tahun 1942 hingga 1945 terekam tak ada catatan Belanda mengenai aktivitas di sekitar Pasar Petojo Enclek. Kemungkinan aktivitas pasar sempat terhenti akibat perang. Selama pendudukan Jepang, pasar-pasar di Batavia mulai beroperasi kembali. Namun, sudah tidak ada campur tangan pihak pemerintah Hindia Belanda.
Perubahan lingkungan pasar terus berubah dari masa ke masa. Mulai dari proses pembangunannya hingga sampai tahun 2012, situs Pasar Petojo Enclek digunakan sebagai tempat jual beli sebelum akhirnya pihak pengelola, yaitu PD Pasar Jaya menutupnya. Ini dikarenakan alasan keamanan dan akan melaksanakan renovasi atau pemugaran.
Diketahui, Pasar Petojo Enclek nantinya akan dijadikan cagar budaya oleh Pemprov DKI Jakarta. Penetapan pasar yang dibangun sejak 1925 ini karena dinilai memiliki nilai kebudayaan dan sejarah yang panjang dan perlu dirawat kelestariannya.
Ramadani Wahyu