Selebrasi Betawi dan Batik

Selebrasi Betawi dan Batik

Senibudayabetawi.com – Sebagai sebuah suku yang dikenal sebagai penduduk asli Jakarta, Betawi memiliki seni budayanya tersendiri. Seperti halnya Yogyakarta dan Solo, Betawi juga menekuni seni batik sebagai salah satu seni budaya. Nah, bagaimana sih selebrasi Betawi dan batik?

Sebagaimana diketahui bahwa batik terdiri atas tiga jenis, yaitu batik tulis, batik cap dan batik kombinasi (batik tulis dan batik cap). Sementara khusus batik Betawi kerap disebut batik Jakarta, karena khas motif yang dikandung digali dari hasil kebudayaan Betawi.

Jakarta yang dahulu menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan, merupakan pertemuan kebudayaan dari berbagai daerah di Indonesia, maupun kebudayaan asing. Kebudayaan asing datang dari Cina, India, Arab maupun negara-negara Barat. Pengaruh kebudayaan tersebut baik dari dalam maupun negeri berpengaruh pada seni kerajinan batik DKI Jakarta.

Karakteristik Selebrasi Betawi dan Batik

Umumnya, warna pada batik Betawi menggunakan warna-warna cerah yang dihasilkan dari zat pewarna remazol. Penggunaan warna cerah pada batik Betawi dikarenakan karakter batik Betawi yang masih mengikuti karakter batik pesisiran. Pembuatan batik Betawi pun dilakukan didaerah pesisiran.

Betawi masa lalu tumpah di atas kain menghasilkan batik Betawi nan elok. Dalam selembar batik, beragam motif ikon Jakarta tampak megah, seperti halnya Tugu Monas, kembang kalapa, Si Pitung, tumbuh-tumbuhan tempo dulu hingga kuliner Betawi. Ada pula motif nglajo atau yang mencerminkan kehidupan masyarakat Betawi, dari mencari padi, musik Betawi tanjidor, tradisi kondangan Betawi, hingga demprak atau permainan anak.

Tempo dulu, orang Betawi kerap menjadikan batik sebagai bagian dari busana mereka sehari-hari. Misalnya, mereka mengenakan kebaya berpadu dengan kain batik serta kerudung. Tak lupa, orang Betawi juga akrab dengan warna-warna cerah dan mencolok, seperti kuning, merah. Batik Betawi yang biasa digunakan sehari-hari lebih pada corak flora.

Awal Mula Batik Berkembang di Batavia

Batik Betawi telah berkembang di Batavia sejak abad ke-19. Daerah yang paling terkenal sebagai pusatnya yakni di dekat Tanah Abang. Misalnya, Bendungan Hilir, Bendungan Udik, Sukabumi Hilir, Palmerah hingga Kebayoran Lama.  

Di daerah tersebut pulalah motif batik Betawi berkembang. Beberapa motif batik yang populer saat itu yaitu Bambu Kuning, Seser Gerimis, dan Iket Buketan.

Sayangnya, generasi terakhir pembatik Batik Kuning telah meninggal pada akhir tahun 90-an. Meski demikian, jejaknya masih ada yakni berupa gedung Koperasi Pembatik Bersama Djakarta (KPBD), bagian dari Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI). Adapun sekarang kedua gedung ini berdiri di sebelah Jembatan Semanggi, Jakarta Pusat.

Riwayat batik Betawi terus berlanjut. Tepat pada akhir abad ke 20 atau memasuki abad 21, Raden Daud Suryokusumo, seorang pembatik Solo mengungkapkan minatnya untuk membuat batik Betawi yang baru.

Setelah lama berdiskusi dengan beberapa tokoh Betawi, seperti Ridwan Saidi, Yahya Andi Saputra, Indra Riawan (Museum Tekstil), akhirnya Raden Daud merealisasikan karya batiknya. Alhasil, sekitar 22 motif baru batik Betawi keluar. Beberapa nama motif barunya yaitu Dododio, Mak Ronda, Rasamala, Nusa Kalapa, Lereng Ondel-Ondel, Pesalo. Motif-motif tersebut juga diterima dengan baik oleh tetua masyarakat Betawi, diwakili Bamus Betawi.

Ramadani Wahyu

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.