Senibudayabetawi.com – Masyarakat Betawi terkenal memegang nilai kekeluargaan yang tinggi, baik antar keluarga, saudara hingga tetangga. Ini menjadikan mereka sebagai pribadi yang supel dan kerap menghabiskan waktu sekadar bercengkarama bersama. Tak ayal jika sampai detik ini mereka masih melestarikan tradisi ngerahul, kala orang Betawi melanggengkan silaturahmi. Seperti apa sih ngerahul itu?
Ngerahul berasal dari kata dasar Rahul, artinya kongko ngalor ngidul yang tujuannya untuk menghilangkan rasa jenuh. Biasanya tradisi ngerahul ini dilakukan di berbagai tempat sobat senibudayabetawi.com, mulai dari di pos kamling, balai warga, warung kopi hingga teras depan rumah. Seperti halnya orang kongkow pada umumnya, mereka bercerita ringan dan lucu dan berbagai kehidupan.
Tradisi ini awalnya tumbuh dari kebutuhan individu menghilangkan jenuh sembari silaturahmi dengan rekan sejawat. Lalu menjadi tradisi yang mengakar kuat dalam masyarakat Betawi.
Ngerahul Selalu Diselipi Humor
Uniknya, orang Betawi tak lupa selalu menyelipkan humor setiap kegiatan ngerahul. Ya, humor senantiasa menjadi bumbu dalam kehidupan masyarakat Betawi baik dalam susah maupun senang. Ridwan Saidi menyatakan bahwa unsur kocak dan humoris tak hanya lucu. Namun, juga membangun optimisme dalam hidup.
Humor juga kerap kali memuat berbagai nilai pesan dan makna. Seperti menguatkan solidaritas dan mentransformasi nilai-nilai luhur.
Masyarakat Betawi yang dalam keseharian membalut kehidupannya dengan banyolan-banyolan dan celetukan mengindikasikan masyarakat Betawi memiliki rasa humor. Rasa humor pada masyarakat Betawi dapat terlihat dalam ucapan dan perkataannya yang diselipkan dengan banyolan-banyolan dan anekdot.
Bayolan dan celetukan masyarakat Betawi terkesan koncak dan konyol dan biasanya terjadi saat mereka berinteraksi, kumpul-kumpul, kerja bakti, setelah pengajian dan saat papasan.
Di mana ada saja kata-kata atau Bahasa yang terkesan ‘konyol’ dan ‘kocak’ yang kadang diiringi sindiran-sindiran.
Perilaku kocak dan konyol Betawi mengesankan kerukunan hidup dalam berkeluarga, bertetangga dan bermasyarakat, di mana tetap harmonis dalam kehidupan sehar-hari. Seperti saling tutur sapa saat berpapasan, gotong royong dalam penyelenggaraan peringatan kemerdekaan hingga peringatan maulid maupun isra’ mi’raj melakukan sholat berjamaah, hingga kongkow-kongkow.
Ngerahul Termanifestasi dalam Bangunan Rumah Betawi
Menariknya, tradisi ngerahul juga termanifestasi saat masyarakat Betawi membangun rumah. Pasalnya, orang Betawi juga menerapkan aturan, pengetahuan dan kegemaran dalam menata ruang tempat tinggal. Misalnya, orang Betawi sengaja membangun rumah dengan teras di depan dan bernuansa teduh.
Dalam ‘Rumah dalam Tradisi Betawi’ Yahya menyebut kebiasaan dan perilaku orang Betawi gemar duduk-duduk dan kongko ngerahul lalu tiduran di depan rumah. Ini membentuk cara mereka menata susurnan perabotan dan furniture dalam rumahnya agar terasa nyaman.
Bahkan, turut ada tempat air terbuat dari tanah liat yang berfungsi untuk minum, mencuci kaki dan membasuh muka orang yang mampir ke rumah. Teras di depan rumah menjadi tempat ngerahul favorit masyarakat Betawi dan tempat untuk bersantai yang nyaman.
Ramadani Wahyu