Di Balik Pewarisan Topeng Betawi

Di Balik Pewarisan Topeng Betawi

Senibudayebatawi.com – Tari topeng merupakan salah satu tarian khas Betawi yang tak pernah luput untuk menghibur dalam berbagai acara atau kegiatan. Popularitasnya tak perlu diragukan lagi, baik acara penyambutan tamu hingga perayaan. Menariknya, terdapat fakta menarik di balik pewarisan topeng Betawi alias pesona sang penari primadona atau ronggeng topeng Betawi.

Ronggeng topeng berasal dari kata “ronggeng” dan “topeng”. Ronggeng memiliki arti sebagai penari hiburan dengan berbagai kemampuan, diantaranya menari dan menyanyi. Sedangkan, topeng dalam bahasa Betawi berarti pertunjukan. 

Sesuai dengan artinya seorang ronggeng topeng dalam pementasan menjadi daya tarik tersendiri. Bagi masyarakat Betawi, ronggeng topeng dipercaya sebagai pembuka rezeki dalam kelompok Topeng Betawi tersebut. dan media perantara antara manusia dengan leluhurnya membuat peran Ronggeng Topeng tidak dilakukan oleh sembarang orang. 

Mengutip dalam Pewarisan Ronggeng Topeng dalam Kesenian Topeng Betawi karya Anggita Aprilia, ronggeng juga dipercaya menjadi media perantara antara manusia dengan leluhur. Inilah mengapa ronggeng topeng tak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Bahkan, ronggeng topeng hanya diperankan oleh satu orang dan tak tergantikan hingga waktu yang ditentukan. 

Kelompok Topeng Kinang 

Salah satu kelompok Topeng Betawi yang cukup populer di era 1950-an yaitu kelompok Topeng Kinang. Ronggeng Topeng dalam kelompok Topeng Kinang ialah Kinang sendiri. Kemahiran dalam menari, menyanyi, dan berdialog membuat Kinang menjadi Ronggeng Topeng yang sangat terkenal pada masa itu. 

Diketahui bahwa muasal kelompok Topeng Betawi ini berawal dari pasangan Diun dan Kinang, pasangan suami istri yang menikah pada 1914. Darah seni keduanya membuat mereka akhirnya membentuk Topeng Betawi pada 1918. Namun, pada 1958, Djiun meninggal dunia sehingga Topeng Kinang diambil alih Kinang yang juga dibantu oleh anaknya, Bokir, Kisam, dan Dalih.

Beberapa tahun kemudian Bokir dan Kisam memilih berpisah dan mendirikan kelompok Topeng Betawi sendiri. Akan tetapi Dalih tetap bersama dengan Topeng Kinang hingga sepeninggalan Kinang dan kepemimpinan beralih ke tangan Dalih. Sebagai informasi, Dalih merupakan anak keempat dari pernikahan Djiun dan Kinang. 

Pemilihan Dalih sebagai pewaris dari Topeng Kinang bukan semata hanya karena anak namun pendidikan yang dimilikinya. Djiun dan Kinang mengharapkan kesenian Topeng Betawi tidak hanya dapat dikenal masyarakat secara lisan namun juga tulisan, dan berganti nama menjadi Topeng Kinang Putra milik anak dari Djiun dan Kinang. 

Bukan hanya Dalih namun istrinya pun dipilih menjadi Ronggeng Topeng sebagai pengganti Kinang. Istri Dalih yang bernama Rimah dijadikan Ronggeng Topeng setelah Kinang karena sudah menjadi anggota dari Topeng Kinang. Sementara itu istri dari anak Djiun yang lainnya telah menjadi Ronggeng Topeng di kelompok Topeng Betawi miliknya bersama anak Djiun. Oleh karena itu Rimah lah yang dianggap tepat untuk menggantikan Kinang sebagai Ronggeng Topeng pada kelompok Topeng Kinang. 

Adapun seorang Ronggeng Topeng merupakan orang terpilih dan keturunan langsung dari kelompok Topeng Betawi tersebut. Hal tersebut dipercaya sebagai faktor yang sangat penting agar suatu kesenian terus bertahan. Kehadirannya yang selalu ada dalam pementasan menjadikan ciri karakteristik dalam kesenian Topeng Betawi. 

Ramadani Wahyu

1 Response

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.