Senibudayabetawi.com – Awal mula keberadaan kue geplak khas Betawi seiring dengan cara masyarakat Betawi memanfaatkan hasil bumi yang ada. Jika dilihat dari bahannya, kue geplak berbahan utama beras, kelapa parut, gula, daun pandan dan daun jeruk. Kue geplak ini kerap ditemukan dalam masyarakat Betawi pinggiran.
Secara lebih luas, kuliner bisa bermakna menunjukkan komunikasi dan ekspresi penting serta produk budaya dari sebuah kelompok. Eksistensinya termasuk mencerminkan karakter dari kelompok tersebut, seperti halnya kue geplak khas Betawi.
Selain pemanfaatan keanekaragaman hasil bumi sebagai bahan kue geplak, kehadiran bangsa Belanda untuk mengeksplorasi dan mengola hasil bumi turut melahirkan bahan pangan. Pengolahan tebu menjadi gula misalnya.
Filosofi kue Geplak Betawi dapat dilihat dari filosofi bahannya yakni beras yang dicampur, beras sebagai hasil bumi menunjukkan kemakmuran dari masyarakat setempat dan merupakan ukuran kebersamaan. Bila suatu makanan terbuat dari ketan, maka menunjukkan arti melekatkan silaturahmi. Namun, karena terbuat dari tepung beras maka menunjukkan keberkahan dan menyambung silaturahmi.
Kerap Disajikan dalam Berbagai Acara
Tak hanya itu, kue geplak juga berperan dalam berbagai acara Betawi. Kue ini menjadi hantaran lamaran dan pernikahan bersamaan dengan kue lain seperti roti buaya dan dodol Betawi. Biasanya, kue geplak disajikan di meja teh pada acara pernikahan. Karena sifatnya yang lebih tahan lama daripada kue-kue basah lain, kue ini akan terus disajikan.
Kue ini pun tidak hanya hadir pada acara lamaran atau nikahan maupun Idul Fitri saja, tapi juga acara-acara penting lain seperti sunatan. Saat disajikan, biasanya para tamu memakan sembari minum teh atau kopi pahit yang panas untuk mengimbangi rasa geplak yang manis.
Keberadaan kue geplak pada acara-acara Betawi juga merupakan sebuah makna kebanggaan dan gengsi. Si empunya acara merasa bangga bisa memberikan kue ini bersamaan dengan kue-kue lain khususnya pada hantaran lamaran dalam jumlah besar.
Bentuk Kue Geplak Khas Betawi
Bentuk kue Geplak Betawi yang juga aslinya dibuat pada tenong atau loyang besar dan permukaannya digaris-garis. Lalu dipotong-potong mengikuti garisnya untuk menyesuaikan dengan ukuran konsumsi. Selanjutnya terdapat taburan tepung beras yang sudah disangrai berwarna putih di permukaannya. Ini bertujuan supaya kue ini tidak lengket, menambah tekstur dari kue ini dan meningkatkan penampilan.
Pemakaian taburan tepung beras putih ini juga mempunyai filosofi tersendiri. Bubuk putih menyerupai bedak yang biasa digunakan oleh perempuan sebagai elemen perias wajah. Ketika perempuan merias wajah tentu memiliki tujuan untuk terlihat lebih cantik sebelum bertemu dengan orang lain, begitu pula dengan kue Geplak Betawi yang dibuat lebih cantik sebelum dinikmati.
Kue Geplak Betawi memiliki nama yang berasal dari bunyi yang dihasilkan saat melakukan pembuatannya sehingga munculah nama tersebut. Kue Geplak Betawi juga memiliki makna penyambung silaturahmi. Pasalnya, berbahan utama tepung beras yang dipadatkan dengan bahan lain seperti kelapa dan gula yang menjadikannya semakin otentik dan bahan-bahan ini juga memiliki harga yang relatif murah.
Ramadani Wahyu