Pertunjukan Sahibul Hikayat sebagai Penanda Identitas Betawi

Pertunjukan Sahibul Hikayat sebagai Penanda Identitas Betawi

Senibudayabetawi.com – Pertunjukan sahibul hikayat di Betawi merupakan pengaruh dari tradisi Timur Tengah sejak kolonialisme. Alih-alih menggunakan hikayat asli seperti kisah-kisah Seribu Satu Malam dan Alfu Lail Wal lail, sahibul hikayat Betawi justru lambat laun bersumber dari kisah-kisah yang bernuansa lokal sehingga disebut sebagai penanda identitas Betawi.

Istilah sahibul hikayat artinya yang empunya cerita. Dalam membawakan cerita sahibul hikayat, juru hikayat kerap mengucapkan kata-kata: “Menurut sahibul hikayat” atau kata “sahibul hikayat”. Oleh karenanya, cerita-cerita kelompok ini biasa disebut dengan sahibul hikayat.

Menariknya, ucapan ini digunakan dalam rangka memberi tekanan pada yang diceritakan selanjutnya yang kadang tak masuk akal. Misalnya, “Jin itu menaruh anaknya di ayunan, sembari nyanyi di ayun, maksudnya agar anaknya tidur. Dengan kata-kata sahibul hikayat itu, pertanggungjawaban diserahkan pada yang empunya cerita.

Di Betawi sendiri, sahibul hikayat berkembang terutama di wilayah-wilayah yang bernuansa Islam seperti di wilayah Betawi kota. Misalnya di Tanah Abang dengan Salemba, antara Mampang Prapatan dan Taman Sari. Selain itu, di wilayah ini pula budaya Arab mendominasi sejak awal. Budaya Arab sebagai budaya yang dominan telah dimulai sejak awal. Ini tampak pada pergaulan identitas masyarakat Betawi tengah telah melakukan hubungan kultural yang sangat kuat dengan kebudayaan Arab misalnya melalui perkawinan.

Ciri khas cerita bernuansa dakwah dengan kandungan nilai-nilai Islam sangat terlihat. Kendati demikian, cerita dalam naskah sohibul hikayat menjadi seni hiburan. Seni tradisi sahibul hikayat yang awalnya dipelajari di langgar dan madrasah kini mengalami pergeseran.

Sahibul Hikayat sebagai Media Dakwah

Pertunjukan Sahibul hikayat berfungsi sebagai media dakwah karena lekatnya budaya Betawi dengan Islam. Biasanya sahibul hikayat hanya digelar saat hajatan. Dalam pertunjukan ini, penonton akan menikmati dongeng mengenai perjuangan agama, kisah para nabi hingga kisah mistis penderita yang disajikan jenaka.

Sahibul hikayat menjadi penanda identitas Betawi. Dalam sahibul hikayat, terlihat jelas hubungan dengan sang pencipta. Orang Betawi tak bisa dipisahkan dari keyakinan mereka yang kuat meyakini agama, terutama agama Islam.

Penanda identitas ini juga tergambar dalam cerita sahibul hikayat lakon Hakim Siti Zulfah, bahwa pesan dari cerita yakni jika ingin selamat dunia akhirat maka harus belajar agama sejak kecil. Ini juga sesuai dengan filosofi hidup orang Betawi yang sejak kecil telah akrab dengan dunia silat, sholat, dan mengaji serta naik haji saat sudah tua.

Ramadani Wahyu

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.