Menelusur Muasal Upacara Baritan Masyarakat Betawi

Menelusur Muasal Upacara Baritan Masyarakat Betawi

Senibudayabetawi.com – Sebagai bagian dari produk budaya, upacara adat di Nusantara memiliki berbagai karakteristik dan ciri khasnya tersendiri. Dalam masyarakat Betawi, mereka mengenal salah satu upacara sebagai wujud rasa syukur hasil bumi yang melimpah berupa upacara adat Baritan masyarakat Betawi.

Upacara Baritan adat atau Babarit berasal dari kata Baritan yang berarti sedekah bumi. Tradisi ini berasal dari masyarakat Betawi keturunan Kramat Aris. Lantas siapakah Kramat Aris?

Muasal Upacara Baritan Masyarakat Betawi

Dalam Upacara Baritan pada Masyarakat Betawi di Jakarta Timur dikisahkan bahwa ada seseorang bernama Aris Wisesa yang merupakan murid Sunan Gunung Jati (Panembahan Cirebon). Awalnya, Aris merupakan seorang yang dituakan oleh masyarakat Betawi di wilayah Setu karena dipercaya sebagai “penolong”. Saat meninggal, makamnya dikeramatkan oleh masyarakat sekitar dan diberi nama Kramat Aris.

Versi lain menyebut bahwa lokasi Kramat Aris merupakan patilasan atau tempat bersinggah seseorang bernama Aris Wisesa yang kemudian menghilang. Terdapat tiga nama keturunannya yang kemudian menjadi juru Kunci yakni Aki Atma Winata (Ki Nata), Aki Murtani (Ki Tani), serta Aki Ateng.

Rutin Digelar

Upacara Baritan secara rutin dilaksanakan, seperti dalam masyarakat Betawi di Kampung Setu atau wilayah keturunan Wisesa. Pelaksanaan upacara ini merupakan pesan leluhur masyarakat Betawi di wilayah ini atau keturunan Aris Wisesa. Tradisi ini berlanjut hingga sekarang, yang semula bertujuan menghormati ruh nenek moyang menjadi ucapan wujud syukur Tuhan atas kelimpahan rezeki.

Diketahui upacara ini biasanya dilakukan sekali dalam setahun yakni pada Hari Raya Agung, pada tanggal 10 bulan Haji. Dalam upacara di lokasi Keramat Ganceng dengan dipimpin oleh juru kunci Keramat Ganceng.

Tahapan Pelaksanaan Upacara Baritan

Setidaknya terdapat empat tahap yang dilakukan dalam pelaksanaan upacara ini, yakni: Persiapan, dilakukan untuk menghitung kebutuhan biaya, jumlah undangan, dan persiapan lainnya. Pelaksanaan ritual yang dilakukan di Keramat Ganceng, dengan mengadakan tahlilan dan makan bersama, biasanya pada siang hari, masyarakat akan mengantarkan sajen berupa makanan dan hasil panen. Selanjutnya yakni ngarak kepala kerbau atau kambing dan ditanam sesuai dengan empat penjuru mata angin. Khusus untuk hiburan, masyarakat biasa menanggap seni seperti kliningan kanji, ibing sawer, wayang kulit, dan layar tancep.

Ramadani Wahyu

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.