Menemukan Kembali Sensasi Gurih Manis Kerak Telor Betawi 

Merayakan Multikultur Kuliner Betawi dalam KTT ASEAN 

Senibudayabetawi.com – Helatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN tak sekadar sebagai momentum untuk memperkenalkan kuliner Betawi. Akan tetapi, sebagai upaya merayakan multikultur kuliner Betawi di kancah Internasional.

Malansir Jakarta.go.id, Betawi merupakan penduduk asli Jakarta yang mendiami dan berkembang di wilayah DKI Jakarta dan terbentuk sekitar abad ke-17. Penduduk ini merupakan campuran beragam suku bangsa seperti Bali, Sumatera, Cina, Arab serta Protugis. 

Sementara, sebagai produk budaya, kuliner mencerminkan sejarah panjang perjalanan terbentuknya sebuah masyarakat di Betawi. Wilayah ini merupakan akulturasi dari beragam budaya di dunia. Mulai dari budaya Timur Tengah, Eropa dan Cina.

Kuliner Betawi dalam Pusaran Multikultur

Abdul Chaer dalam Betawi Tempo Doele (2015) menyatakan dalam perkembangan kuliner Betawi tampak ada pengaruh dan kuliner etnis lain yang ada di bumi Betawi atau pernah tinggal di bumi Betawi. Misalnya, etnis Cina menyumbangkan makanan, seperti bihun, bakmi, bakso, taoge, tauco, dan kecap. “Jenis makanan, masakan atau bahan makanan tersebut telah mengalami sedikit modifikasi,” kata dia.

Demikian pula orang Belanda yang cukup lama bermukim di Betawi turut berkontribusi berbagai jenis makanan, seperti risoles, dadar gulung, hingga macaroni.

Sementara orang India menyumbangkan makanan, seperti martabak manis dan martabak telur, serta bumbu masak berupa rempah-rempah. Orang Arab menyumbangkan beberapa jenis makanan seperti nasi kebuli, nasi samin, nasi goreng kambing, gulai tangkar dan minuman kopi jahe.

Dhian Tyas Untari dalam Ekowisata Kuliner Tradisional Betawi (2020) menyebut terdapat empat jenis kuliner tradisional Betawi yang mengadaptasi budaya Eropa yaitu, Bir Pletok, Kue Cubit, Kue Leker, Semur Jengkol, Semur Daging dan Semur Terung Betawi.

Kue Cubit mempunyai kemiripan dengan poffertjes, panekuk mini yang diperkenalkan Belanda ketika menjajah bumi nusantara. Sementara kue leker, secara bahan dan pengolahannya merupakan makanan asli nusantara, hanya saja pada penamaan Leker berasal dari Belanda. Adapun Lekker yang berarti enak. 

Demikian pula dengan semur yang berasal dari bahasa Belanda ‘smoor’ berarti rebusan. Di Indonesia, smoor berkembang dari sekadar rebusan daging sapi dengan tomat dan bawang menjadi masakan kaya bumbu dengan berbagai bahan dasar alternatif.

Kuliner Betawi juga berakulturasi dengan kuliner Timur Tengah, seperti nasi kebuli, kue kamir, gulai kambing. Selanjutnya ada nasi bukhari, allie bagente serta kue abug.

Akulturasi Kuliner Betawi dengan Cina

Khusus untuk akulturasi Cina yaitu Laksa, Hungkue, Mie Juhi dan Sayur Godok. Laksa dan Mie Juhi merupakan kuliner dengan bahan dasar mie. Berdasarkan catatan sejarah, mie pertama kali dibuat di daratan Cina sekitar 2000 tahun yang lalu pada masa pemerintahan Dinasti Han, dalam perkembangannya dengan masuknya budaya Cina ke Indonesia khususnya Jakarta. Itulah kenapa bahan dasar mie mulai mewarnai kuliner tradisional Betawi. 

Selain itu terdapat juga sayur godok, sayur yang menjadi hidangan wajib pada acara kemasyarakatan pada komunitas suku Betawi. Adapun kuliner yang biasa disajikan dengan lontong ini mirip dengan sayur godok yang selalu dihidangkan dalam Cap Go Meh. Adapun bagi orang Tionghoa, Cap Go Meh melambangkan hari ke-15 dan hari terakhir dari masa perayaan Tahun Baru Imlek bagi komunitas Tionghoa di seluruh dunia. 

Sebelumnya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Sandiaga Uno menyatakan bahwa kuliner Betawi memiliki bercita rasa otentik dan unik yang diturunkan dari generasi ke generasi.

“Saya berharap di sela-sela rangkaian agenda pertemuan, para delegasi KTT ASEAN menyempatkan diri untuk mencicipi kuliner khas Betawi agar kunjungan kerja ke Indonesia khususnya Jakarta lebih berkesan,” kata Sandiaga dalam pernyataan resminya.

Pengamat budaya Betawi Yahya Andi Saputra menyatakan bahwa semua kuliner tradisional berpeluang dan berpotensi di kancah Internasional. “Kan kuliner Betawi memang punya ‘darah’ multikultur. Sehingga menurut saya khususnya lidah Asean punya cita rasa yang sama,” ujar dia kepada senibudayabetawi.com baru-baru ini.

Ia mengapresiasi langkah pemerintah untuk mengenalkan kuliner Betawi khususnya pada delegasi KTT ASEAN. Namun, ia berharap adanya keseriusan pemerintah untuk terus menggaungkan kuliner Betawi ke kancah Internasional. 

Ramadani Wahyu 

2 Responses

Leave a Reply

SEKRETARIAT REDAKSI

Jl. H. Sa’abun No.20, Jati Padang, Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540.